
SERAYUNEWS – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap kembali menyelenggarakan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) 2025 di Pendapa Wijaya Kusuma Kabupaten Cilacap, Selasa (18/11/2025).
Kegiatan ini bertujuan memberikan bekal kepada para nelayan untuk memahami informasi cuaca secara tepat sebelum berangkat melaut, sehingga aktivitas mereka semakin aman dan hasil tangkapan bisa lebih maksimal.
SLCN 2025 secara resmi dibuka oleh Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap, Indarto, mewakili Bupati Cilacap. Hadir pula Kepala Balai Besar MKG Wilayah II, Hartanto, serta Kepala Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Bagus Pramujo, bersama tamu undangan dari berbagai instansi terkait.
Dalam laporannya, Bagus menyampaikan bahwa program ini diikuti 70 peserta, terdiri dari nelayan dari berbagai wilayah pesisir Kabupaten Cilacap dan instansi dinas terkait
“SLCN kali ini diikuti sebanyak 70 peserta, yang meliputi 60 peserta dari nelayan di berbagai wilayah Kabupaten Cilacap dan 10 peserta dari dinas instansi terkait,” kata Bagus.
Kepala Balai Besar MKG Wilayah II, Hartanto, menegaskan bahwa sekolah lapang ini merupakan wadah strategis yang memiliki manfaat jangka panjang bagi keselamatan pelayaran nelayan di laut selatan Jawa.
“Kegiatan SLCN bukan sekedar latihan biasa. Acara ini bertujuan meningkatkan keselamatan melaut, meningkatkan hasil tangkapan, mendorong pemanfaatan teknologi informasi, serta membangun kemandirian nelayan dalam akses dan pemanfaatan informasi cuaca dari BMKG,” ungkapnya.
Menurutnya, pemahaman terhadap data cuaca sangat penting agar nelayan tidak salah mengambil keputusan saat kondisi laut sedang tidak bersahabat. Mengingat kondisi saat ini perubahan iklim sedang terjadi sehingga banyak ketidakpastian perubahan yang sering terjadi.
“Masyarakat perlu memahami kondisi tersebut dan kita harus beradaptasi, salah satu upayanya adalah dengan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan ini,” ujarnya.
“Ini jangan sampai ada peringatan di wilayah perairan, malah berangkat. Dengan hal tersebut dapat mengurangi risiko dan meningkatkan produktivitas nelayan,” sambungnya.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap, Indarto menyampaikan apresiasi kepada BMKG karena kegiatan ini terus dilakukan setiap tahun. Ia mengingatkan bahwa perairan Cilacap memiliki potensi ancaman bencana tinggi, terutama gelombang besar dan cuaca ekstrem.
Jumlah nelayan Cilacap yang mencapai 18 ribu orang membuat edukasi ini harus diperluas, meski dilakukan bertahap.
“Kalau tiap acara itu 70 hingga 100 orang, sementara jumlah nelayan kita 18 ribu orang, ini butuh waktu lama. Karena itu diharapkan setelah pelatihan ini, para peserta dapat memahami dan mau mengimplementasikan ilmunya,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa nelayan harus lebih memperhatikan keselamatan, tidak hanya mengejar lokasi ikan.
“Tidak cuma paham, tapi juga mau mengimplementasikan. Ketika cuaca tidak mendukung, diharapkan dapat menunda keberangkatan,” tegas Indarto.
Indarto menuturkan, masih ada nelayan yang memaksakan melaut meski sudah ada peringatan gelombang tinggi, sehingga kecelakaan laut masih kerap terjadi.
Ia juga mengingatkan bahwa nelayan seharusnya menangkap ikan, bukan sekadar “mencari ikan”. Artinya, lokasi potensial harus sudah diketahui melalui informasi yang disediakan berbagai pihak, salah satunya BMKG.
Melalui edukasi yang terus berkelanjutan ini, pemerintah berharap nelayan semakin mandiri dalam memahami informasi cuaca maritim, sehingga keselamatan meningkat dan perekonomian semakin kuat.