
SERAYUNEWS – Indonesia sebagai negara beriklim tropis memiliki dua musim utama, yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Siklus kedua musim ini tidak selalu terjadi serentak di seluruh wilayah karena kondisi geografis dan dinamika atmosfer yang berbeda-beda.
Memasuki akhir November 2025, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan perkembangan terbaru terkait intensitas hujan di berbagai daerah.
Data terkini menunjukkan bahwa 72,7 persen Zona Musim (ZOM) di Indonesia telah berada dalam fase musim hujan.
Angka tersebut menandakan bahwa sebagian besar wilayah kini mengalami peningkatan kelembapan udara serta frekuensi hujan yang lebih sering.
Dengan kondisi ini, masyarakat diimbau untuk lebih waspada menghadapi puncak musim hujan yang diprediksi berlangsung pada rentang beberapa bulan ke depan.
Informasi mengenai puncak musim hujan 2025 sangat penting karena dapat membantu masyarakat dan pemerintah daerah mempersiapkan diri terhadap potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, hingga cuaca ekstrem lain yang biasanya meningkat pada periode tersebut.
Mengutip informasi dari akun Instagram @infobmkg, puncak musim hujan 2025 diperkirakan terjadi pada periode November 2025 hingga Februari 2026.
Dari rentang itu, Desember 2025 disebut sebagai bulan yang berpotensi menjadi titik intensitas tertinggi.
Pada bulan tersebut, curah hujan diperkirakan meningkat signifikan, bahkan di beberapa wilayah dapat mencatatkan curah hujan bulanan di atas 300 milimeter.
Kondisi ini membuat Desember menjadi bulan yang relatif lebih basah dibandingkan periode akhir tahun sebelumnya.
Salah satu faktor yang memengaruhi tingginya curah hujan adalah kondisi El Niño-Southern Oscillation (ENSO).
Berdasarkan outlook iklim 2025, ENSO diproyeksikan berada pada fase La Niña lemah hingga netral.
Secara historis, kombinasi kondisi tersebut memang sering diikuti peningkatan curah hujan pada akhir tahun, terutama di kawasan Indonesia bagian tengah dan timur.
Selain itu, dinamika atmosfer lain seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) yang aktif juga dapat memperkuat potensi hujan lebat di sejumlah wilayah.
Seiring meningkatnya intensitas hujan, BMKG juga mengingatkan bahwa risiko cuaca ekstrem akan bertambah. Pemerintah daerah diminta memperkuat langkah mitigasi, seperti pembersihan drainase, pemantauan wilayah rawan longsor, dan memastikan kesiapan tim penanggulangan bencana.
Sementara itu, masyarakat diminta memperhatikan informasi peringatan dini yang rutin diperbarui BMKG agar dapat mengantisipasi perubahan cuaca yang terjadi secara cepat.
Untuk periode 27–28 November 2025, BMKG merilis peringatan dini hujan di sejumlah wilayah.
Pada 27 November, kategori Waspada yang berarti hujan sedang hingga lebat mencakup wilayah Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, dan Papua Barat.
Sementara itu, kategori Siaga yang mengindikasikan hujan lebat hingga sangat lebat berlaku untuk Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Barat.
Tidak ada wilayah yang masuk kategori Awas untuk potensi hujan ekstrem. BMKG juga mengeluarkan peringatan angin kencang bagi Aceh, Banten, dan Sumatera Utara.
Pada 28 November 2025, daftar wilayah terdampak meluas. Kategori Waspada mencakup Aceh, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua.
Adapun kategori Siaga tetap mencakup Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Bangka Belitung, dan Nusa Tenggara Barat.
Tidak ada wilayah yang masuk kategori Awas untuk potensi hujan ekstrem. Peringatan angin kencang pada tanggal ini berlaku untuk wilayah Banten.
Dengan berbagai informasi tersebut, masyarakat diharapkan tetap siaga dan mengikuti perkembangan cuaca harian.
Memahami waktu puncak musim hujan serta wilayah yang berpotensi terdampak dapat membantu mencegah risiko sekaligus meningkatkan kewaspadaan terhadap perubahan iklim dan dinamika atmosfer yang semakin kompleks.***