SERAYUNEWS – Perkumpulan Ebeg Kabupaten Banyumas (Pakumas), memperjuangkan kesenian agar kesenian ebeg masuk dalam kurikulum di sekolah.
“Kita upayakan ke dinas terkait, agar bisa kesenian ebeg ini menjadi kurikulum. Tujuan kita agar bisa mengedukasi masyarakat terkait kesenian ebeg,” ujar Ketua Pakumas, Ade Suprapto, saat mengunjungi kantor Serayunews, Selasa (20/8/2024).
Mbah Ade sapaan akrabnya, ingin kesenian ebeg itu tidak menjadi kesenian minoritas. Selain banyak filosofinya, ebeg juga merupakan kesenian warisan leluhur yang sayang jika sampai tidak lestari.
Ebeg, menurut Mbah Ade bukan hanya sekedar janturan. Ada banyak sekali filosofinya yang membangun kehidupan kemasyarakatan.
“Ebeg ini tontonan dan tuntunan. Tontonannya udah jelas, dari penyajian hingga prosesi labuhan kesenian ebeg, itu sudah jelas warnanya. Tuntutannya dari tembangannya, semuanya mengandung harapan,” ujarnya.
Contohnya, lagu Ricik-ricik menjelaskan bahwa rahmat Tuhan tiada tara, hingga terlahirnya manusia untuk bisa sadar diri.
“Ketika mereka mati apa yang mereka bawa, itu satu pendalaman yang sangat dalam. Artinya, kita hidup pada nantinya akan mati, jadi apa yang kita bawa untuk kembali ke Tuhan kita,” katanya.
Kemudian lagu Eling-eling yang menerangkan bahwa anusia itu harus mengikuti aturan, jangan keluar dari aturan kehidupan.
“Jangan keluar dari keimanan, artinya sebuah lagu untuk pembekalan hidup. Kalau kita keluar dari marwah, keluar dari rel kita, tergambar dalam sesi janturan. Kalau tidak eling (inget, red) akan hanyut di dalam kehidupan, tidak tahu arah, lupa segalanya. Sampai apa yang bukan makanannya pun dia makan, arah jalan saja tidak tahu,” kata dia.