Pandemi korona telah lebih dari satu tahun menghantam jalannya roda kehidupan di banyak sektor tak terkecuali dunia Pendidikan. Pandemi ini memaksa tatanan sosial saat ini menerapkan New Normal atau Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).
Dalam dunia pendidikan bentuk new normal salah satunya adalah kegiatan belajar daring.
Apa itu daring? Menurut KBBI Kemendikbud, daring adalah akronim dari dalam jaringan (online). Artinya, terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya. Merinci kegiatan-kegiatan daring di antaranya, webinar, kelas online, KKN online hingga kuliah online. Seluruh kegiatan dilakukan menggunakan jaringan internet dan gadget (laptop, MP3 Player, netbook, smartphone, tablet, iPad).
Siswa bisa melakukan belajar dengan kelas online (daring) dari rumah, maka muncul istilah Belajar Dari Rumah (BDR). Sedangkan kebalikan daring ialah luring (luar jaringan/offline) maksudnya ialah belajar secara tatap muka seperti pada kebiasaan normal sebelum pandemi.
Jika istilah daring dan luring disatukan pelaksanaannya maka disebut blended learning, yaitu satu rangkaian kegiatan pembelajaran memadukan dua kegiatan daring dan luring.
Dalam situasi pandemi yang tidak diketahui jelas kapan berakhirnya nampaknya mode pembelajaran yang paling potensial dilaksanakan dengan resiko rendah penularan covid, tanpa perlu repot menyiapkan protokol kesehatan dan lepas dari rasa was-was akan terjadinya penularan virus covid-19 saat interaksi pembelajaran yakni dengan belajar daring.
Selain itu, kegiatan belajar daring ini adalah salah satu mode belajar yang menerapkan IT yang merupakan amanat dari pembelajaran abad 21.
Pembelajaran abad 21 mengisyaratkan untuk mendorong proses pembelajaran yang menghasilkan siswa memiliki keterampilan yang dibutuhkan di abad 21 ini. Dengan kata lain, kita bisa mengambil hikmah pandemi ini sebagai momentum akselerasi pendidikan berbasis IT sebagai transformasi menuju pembelajaran yang lebih maju dan modern. Pembelajaran bisa dilaksanakan dalam mode daring secara synchronous (sinkronus) dan asynchronous (asinkronus).
Pembelajaran sinkronus merupakan pembelajaran daring secara langsung tatap maya menggunakan aplikasi telekonferensi seperti Google Classroom, Zoom, WA teleconference dan Google Meeting. Sedangkan, Pembelajaran asinkronus yaitu proses pembelajaran daring yang memberikan bahan ajar dan pengerjaan tugas tidak langsung. Bahan ajar dan tugas dapat berbentuk video beserta bahasa isyarat dan terjemahannya maupun bentuk lainnya.
Namun demikian, ada hambatan dalam pelaksanaan penerapan belajar mode daring. Banyak yang mengeluhkan sulit menerapkannya baik dari pihak pendidik, siswa maupun orang tua siswa.
Rangkuman hambatan pembelajaran mode daring yang penulis temukan antara lain: guru harus menyiapkan perangkat pembelajaran mode daring, kekuatan sinyal tidak merata di setiap daerah, tidak semua siswa memiliki gadget, membutuhkan kuota internet, membutuhkan keterampilan menggunakan aplikasi mode daring, dan daya dukung pembelajaran daring yang kurang memadai.
Semua hambatan itu adalah tantangan. Tantangan bagi semua pihak yang terkait dengan pendidikan baik pihak sekolah, pemerintah pusat hingga pemerintahan terkecil, dunia usaha dan industri, dan orang tua siswa . Semua yang berkepentingan dengan dunia pendidikan wajib bergotong royong menjawab tantangan itu. Dengan musyawarah menyatukan pandangan dan memulai aksi solusi mewujudkan kondisi dan menyiapkan daya dukung pelaksanaan mode pembelajaran daring. Dengan harapan pembelajaran daring sebagai kebutuhan mendesak dan keberlangsungan dunia pendidikan yang tetap harus terlaksana, tetap berjalan baik.
Yang perlu disadari oleh semua pihak ialah bahwa pembelajaran daring ini sebagai bagian dari Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Adaptasi Kebiasaan Baru dalam sektor Pendidikan. Termasuk adaptasi pembelajaran yang menanamkan pendidikan karakter melalui belajar daring. Salam Merdeka Belajar.
Penulis
Karsim, S.Pd
SD Negeri Luwijaya 02
Kab Tegal