
SERAYUNEWS – Menghadapi puncak musim hujan yang berpotensi menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor, BPBD Kabupaten Banyumas bersama Balai Teknik Sabo Kementerian PUPR membangun sistem monitoring real-time berbasis Internet of Things (IoT). Sistem ini dirancang untuk memantau intensitas hujan, kelembaban tanah, serta pergerakan tanah di wilayah Banyumas secara berkelanjutan.
Sekretaris BPBD Kabupaten Banyumas, Andi Risdianto, menjelaskan bahwa kolaborasi ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan kesiapsiagaan daerah dalam menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi.
“Dengan adanya sistem ini, kami bisa mengetahui secara langsung kondisi hujan, kadar kelembaban tanah, serta potensi pergerakan tanah di berbagai titik rawan. Data ini sangat penting sebagai dasar untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat,” kata Andi Risdianto.
Sistem monitoring tersebut dibangun menggunakan sejumlah perangkat sensor IoT yang kini terpasang di lima desa rawan bencana di Banyumas. Lokasi pemasangan meliputi:
Desa Cibangkong, Kecamatan Pekuncen
Desa Cihonje, Kecamatan Gumelar
Desa Dermaji, Kecamatan Lumbir
Desa Ketanda, Kecamatan Sumpiuh
Desa Randegan, Kecamatan Kebasen
Kelima titik ini menjadi lokasi prioritas karena memiliki riwayat kejadian tanah longsor dan pergerakan tanah yang cukup intens. Melalui sensor-sensor tersebut, data akan dikirimkan secara otomatis ke pusat pemantauan dan dapat diakses secara web-based pada alamat: sabo.pusair-pu.go.id/SABODEV1/service-tracker.
“Dengan cakupan seluruh desa/kelurahan di Banyumas, data ini tidak hanya dimanfaatkan BPBD, tetapi juga pemerintah desa dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan,” tambah Andi.
Sistem monitoring ini telah ditinjau langsung oleh unsur pimpinan BNPB pada Sabtu (15/11/2025). Mereka adalah:
Unsur Pengarah BNPB Dr. Drs. Isroil Samihardjo, M.Def.Stud
Tenaga Ahli Kepala BNPB Brigjen (Purn) Herman Hidayat
Keduanya datang ketika meninjau lokasi bencana pergerakan tanah di Desa Ketanda, Kecamatan Sumpiuh. Mereka menilai sistem ini sebagai langkah strategis dalam membangun mitigasi bencana berbasis teknologi modern.
Andi Risdianto menegaskan bahwa deteksi cepat sangat diperlukan untuk mengurangi risiko jatuhnya korban jiwa maupun kerugian material. Dengan data yang diperoleh secara real-time, BPBD dapat mengeluarkan imbauan atau langkah antisipasi lebih cepat bila terjadi peningkatan pergerakan tanah.
“Harapan kami, sistem ini membantu masyarakat memahami potensi bahaya di wilayahnya dan meningkatkan kesiapsiagaan, terutama di desa-desa rawan longsor,” ujar dia.