SERAYUNEWS-Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin) terus berupaya menanggulangi kemiskinan di Indonesia melalui berbagai program strategis. Salah satu program utama yang saat ini tengah dijalankan adalah melalui dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kabupaten Cilacap.
Program ini tidak hanya bertujuan meningkatkan gizi anak-anak sekolah, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat lokal, terutama kelompok rentan.
Tenaga Ahli Utama BP Taskin, Sondi Siswanto bersama tim, baru-baru ini melakukan kunjungan ke beberapa lokasi dapur di Cilacap. Salah satunya di Desa Karangtawang, Kecamatan Nusawungu.
Dalam peninjauannya, Sondi menekankan bahwa meskipun dapur tersebut belum 100 beroperasi, namun masih banyak yang perlu diperbaiki untuk mengoptimalkan fungsinya.
“Progresnya baru sekitar 70 persen. Masalah utama yang harus segera dibenahi adalah ketersediaan air dan kebersihan agar dapur ini dapat berjalan dengan baik dan melayani kebutuhan gizi anak-anak dengan optimal,” ujar Sondi, Rabu (30/4/2024).
Program ini adalah hasil kerja sama antara BP Taskin dan Badan Gizi Nasional (BGN), dengan tujuan utama menyediakan makan siang bergizi secara gratis bagi anak-anak sekolah. Selain itu, BP Taskin berfokus pada dampak sosial-ekonomi yang ditimbulkan, terutama dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat miskin.
“Setiap SPPG membutuhkan 47 karyawan lokal, yang kami harapkan berasal dari kelompok rentan di sekitar lokasi dapur. Hal ini menjadi peluang besar bagi masyarakat miskin untuk memperoleh pekerjaan dan meningkatkan penghidupan mereka,” tambah Sondi.
Menurutnya, di Cilacap ada sekitar 300.000 siswa berhak mendapatkan manfaat dari program ini. Setiap SPPG diharapkan dapat melayani 3.000 siswa, yang berarti dengan adanya 100 SPPG, sekitar 4.700 lapangan pekerjaan baru akan tercipta di wilayah tersebut.
“Program ini diharapkan tidak hanya meningkatkan gizi anak-anak tetapi juga membuka kesempatan ekonomi bagi warga sekitar, khususnya yang berada dalam kelompok rentan,” imbuh Wahyudi Anggoro, Tenaga Ahli Madya BP Taskin.
Selain pemberdayaan tenaga kerja lokal, Wahyudi juga menekankan pentingnya peran petani lokal dalam mendukung keberlanjutan program ini. Setiap dapur mandiri membutuhkan bahan pangan dalam jumlah besar setiap harinya, seperti beras, telur, daging, dan buah.
“Satu SPPG setidaknya butuh 300 kilogram beras setiap hari, belum lagi telur, belum lagi daging, belum lagi buah, dan lain sebagainya. Yang tentunya itu menjadi peluang usaha baru bagi kelompok-kelompok tani ataupun kelompok-kelompok miskin,” ungkapnya.
BP Taskin optimis bahwa dapur MBG ini akan membawa dampak jangka panjang dalam upaya pengentasan kemiskinan di Cilacap dan daerah lainnya. Sehingga, memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat, terutama kelompok rentan.