
SERAYUNEWS – Sabtu sore (6/12/2025) di White House de Noyas, kediaman Andi F. Noya di Desa Langgongsari, Cilongok, terasa berbeda. Udara Banyumas yang sejuk seolah memberi ruang bagi sebuah perjalanan batin yang ingin disampaikan tanpa terburu-buru: peluncuran buku Pelita dari Luka – Belajar Siap, Siap Belajar, karya Kartika Widjaja.
Di antara tamu undangan, musik lembut, dan percakapan hangat, Kartika tampil sederhana. Namun di balik kesederhanaannya, tersimpan kisah tentang pergulatan panjang, tantangan, kejatuhan, dan bangkitnya kembali sebuah jiwa yang menolak padam.
Kartika memulai ceritanya dengan lirih namun mantap.
“Karna berbagai perjalanan kehidupan yang cukup panjang ini tidak mudah ya, banyak tekanan, banyak gangguan tentu juga banyak anugrah yang baik. Tetapi yang teruji kan kalau kita menghadapi tantangan, di setiap tantangan sekecil apapun, tuhan selalu hadir sebagia pelita, maka saya memberikan memberikan juga Pelita dari Luka,” ujar dia menceritakan sedikit tentang bukunya.
Baginya, hidup adalah perjalanan belajar tanpa jeda.
“Spirit saya menjalani ini Belajar Siap, Siap Belajar. Karena setiap kali menghadapi sesuatu, selalu ada tantangan baru,” katanya.
Buku ini merekam jejak hidupnya sejak masa kecil tentang peran orang tua, proses disiplin sebagai atlet tenis, guru piano, hingga bagaimana semua itu membentuk keberanian dan kemampuannya menjadi problem solver di dunia organisasi.
Ketika berbicara tentang pesan di balik bukunya, Kartika menatap jauh. Ada sesuatu yang ingin benar-benar ia tekankan, terutama bagi para perempuan yang memegang amanah sebagai ibu.
“Ketika dipanggil menjadi orang tua, itu amanah. Prioritasnya harus anak, meskipun sesibuk apa pun. Saya punya dua anak laki-laki. Saya jungkir balik, tetapi nomor satu tetap anak,” kata wanita yang sudah berusia 67 itu.
Setelah buku ini selesai, barulah ia menyadari benang merah hidupnya.
“Latar belakangnya itu sama. hanya ceritanya yang berubah. Spirit orang hidup itu amanah, bukan soal uang saja, tapi kebijaksanaan dan keseimbangan,” ujarnya.
Saat ini dirinya yang juga bekerja sebagai Wakil Direktur Puhua mengungkapkan banyak masalah anak di sekolah sebenarnya bermula dari kurangnya pendampingan orang tua.
“Saya ingin mengimbau kaum perempuan, kalau kalian sudah mau membangun rumah tangga, pikirkan untuk tidak mengabaikan anak,” katanya.
Kartika mengaku menulis buku ini bukan perkara mudah. Ia bahkan sempat berhenti.
“Karena tidak ketemu penulis yang bisa menerjemahkan apa yang saya alami. Puji Tuhan, ada pertolongan. Bu Santika Marlina mendorong saya untuk menyelesaikan,” ujar dia.
Dorongan kecil itu akhirnya menerbitkan sebuah karya besar, perjalanan seorang perempuan yang bertahan di tengah badai, termasuk saat divonis penyakit berisiko tinggi.
Dalam kesempatan peluncuran buku, Andi F. Noya menyampaikan sudut pandang yang meneduhkan.
“Banyak orang ketika mengalami cobaan, apalagi penyakit berisiko tinggi seperti kanker, biasanya merasa hidupnya berakhir. Dari cerita Bu Kartika, saya senang sekali karena yang terlihat justru semangat untuk bangkit,” katanya.
Menurutnya, energi positif Kartika adalah contoh nyata bagaimana manusia bisa melampaui vonis yang melemahkan.
“Bagi mereka yang merasa hidupnya bermanfaat bagi orang lain, itu salah satu terapi yang sangat signifikan. Banyak yang justru hidup lebih panjang dari vonis dokter,” ujarnya.
Ia melihat sosok Kartika bukan sebagai korban keadaan, melainkan sumber kekuatan baru.
“Ketika orang lain meratapi nasib, Bu Kartika bangkit. Dan bukan sekali, tapi berulang kali. Aktivitasnya, berbagi ilmu, mendampingi survivor lain, sangat memberi semangat bagi siapa pun,” kata dia.
Tak hanya untuk mereka yang sakit, Andi menegaskan buku ini adalah wake-up call bagi orang yang sehat.
“Kalau orang yang sudah divonis saja punya semangat seperti itu, kita yang sehat seharusnya lebih dong,” ujarnya.
Peluncuran buku Pelita dari Luka bukan hanya perayaan sebuah karya. Ia adalah pengingat bahwa luka bukan akhir, melainkan pintu menuju cahaya baru.
Dan bahwa setiap manusia, dalam jatuh dan bangunnya, selalu punya kesempatan untuk menyalakan pelita bagi diri sendiri dan bagi dunia.(san)