SERAYUNEWS – Sekitar sembilan bulan lamanya, Gunung Slamet berstatus waspada level II. Kondisi ini perlu jadi kewaspadaan, mengingat gunung terbesar di Jateng ini pernah memiliki history erupsi.
Pengamat Gunung Api Slamet Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Muhammad Rusdi mengatakan, aktivitas vulkanik Gunung Slamet saat ini cenderung stabil namun tetap berpotensi meletus.
“Status waspada ini sudah berlaku sejak 19 Oktober 2023. Peningkatan aktivitas kegempaan tercatat pada 10 Mei 2024, diikuti oleh peningkatan tremor pada 16 Mei,” kata Rusdi, saat Rakor bersama BPBD Banyumas, Jumat (14/06/2024).
Saat ini, aktivitas vulkanik Gunung Slamet terpantau stabil. Tidak ada peningkatan maupun penurunan yang signifikan. Tetapi, berdasarkan pengalaman di tahun 2009 dan 2014, kondisi itu di susul dengan terjadinya erupsi.
“Masa krisisnya itu juga agak lama, dari Maret sampai September, serta ada letusan terus. Nah di 2009 letusan, 2014 letusan, 2019 itu kenaikan aktivitas tetapi tidak ada letusan,” katanya.
Kondisi saat ini, status waspada berlangsung cukup lama. Bukan tidak mungkin, jika nantinya akan terjadi erupsi, seperti tahun sebelumnya.
“Kalau trend seperti ini, untuk memungkinkan actionnya untuk meletus tetap sama, potensinya tetap ada,” kata dia.
Sebagai antisipasi pengelola menetapkan radius tiga kilometer dilarang ada aktivitas manusia. Tujuannya untuk menghindari potensi erupsi freatik dan magmatik, lontaran material pijar.
Jalur pendakian untuk beberapa waktu juga tertutup. Sempat kembali buka, oleh Basecamp lingkar Slamet pada H+2 Lebaran Idul Fitri. Tetapi kembali tutup pada 13 Mei 2024, karena terpantau mengalami kenaikan aktivitas kegempaan.
“Masyarakat di sekitar Gunung Slamet juga harus tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang,” ujarnya.