Penjual Tempe di Banyumas Menjerit, Harga Kedelai Naik Gila-gilaan
BanyumasNews

Penjual Tempe di Banyumas Menjerit, Harga Kedelai Naik Gila-gilaan

Bagikan:
Ilustrasi gambar istimewa

Harga kedelai naik gila-gilaan. Hal itu berdampak pada perajin tempe di Banyumas. Mereka menjerit melihat bagaimana harga kedelai bisa naik sangat tinggi.


Banyumas, Serayunews.com

Turiah (46) warga Desa Sokawera Kidul, Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas yang keliling jualan tempe bercerita bagaimana harga kedelai naik signifikan. Seperti diketahui, kedelai adalah bahan baku untuk membuat tempe.

“Kemarin suami saya beli kedelai 50 kilogram harganya Rp 499 ribu. Padahal, biasanya 50 kilogram kedelai seharga Rp 400 ribu. Bahkan, pernah 50 kilogram kedelai seharga Rp 350 ribu. Ya saya bingung kalau begini,” ujarnya kepada Serayunews.com, Minggu (3/1/2021).

Dia pun mengaku harus memutar otak agar tempe yang dia buat masih laku di pasaran. Dia mengatakan, tak akan menaikkan harga tempe yang dia jual. Sebab, kenaikan harga tempe akan membuat pelanggannya berkurang.

“Ya saya paling ngakali dengan memperkecil ukuran tempe. Tapi saya mau istirahat dulu sehari ngga jualan. Pusing harga naik seperti ini,” katanya.

Dia pun mendapatkan kabar, karena kenaikan harga kedelai, saat ini kesulitan untuk mendapatkan kedelai. Dia tentu berharap agar harga kedelai bisa turun. Sehingga, dia sebagai penjual tempe tak lagi kelimpungan.

Sekadar diketahui, banyak orang Indonesia yang mengonsumsi tempe dan tahu. Tempe dan tahu dibuat dengan bahan baku kedelai. Sementara, kedelai untuk bahan baku tempe dan tahu harus diimpor. Belakangan memang harga kedelai impor luar biasa. Banyak yang menjerit. Bahkan, perajin tempe dan tahu sudah ada yang mogok tak berproduksi.

Editor: Adi Kurniawan