
SERAYUNEWS – Gelaran seni budaya tahunan BERTAUT (Berkarya Tanpa Batas UT) kembali membuktikan posisinya sebagai wadah kreativitas terbesar di Purwokerto. Pada penyelenggaraan ke-3, BERTAUT 2025 Banyumas sukses memadati Sasana Krida GOR Satria pada 28 November 2025, menarik lebih dari 2.000 penonton yang antusias. Besarnya jumlah hadirin ini menegaskan antusiasme publik terhadap ajang yang diinisiasi oleh Universitas Terbuka (UT) Purwokerto.
Mengusung tema “Feel The Culture, Live The Beat”, acara ini didesain sebagai ruang kolaboratif yang inklusif. Direktur UT Purwokerto, dr. Prasetyarti Utami, S.Si., M.Si., dalam sambutannya menekankan bahwa kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat adalah fondasi penting untuk membuka ruang kreativitas generasi muda yang positif.
Panggung BERTAUT 2025 Banyumas diwarnai oleh penampilan dinamis dari mahasiswa berbagai PTN dan PTS di Banyumas (seperti Unsoed, Unwiku, dan AMIKOM) serta Organisasi Mahasiswa (ORMAWA) UT Purwokerto. Sentuhan identitas lokal semakin kuat dengan adanya sajian seni tradisional Karawitan dan Tari Wijayakusuma.
Salah satu penampilan yang paling banyak menuai pujian adalah persembahan epik dari Jagabaya Nuswantara, yang menampilkan karya teatrikal “The Ballads of Maespati”. Pertunjukan ini tidak hanya melibatkan mahasiswa, tetapi juga pelajar SMP, SMA, dan komunitas masyarakat, menciptakan harmoni yang mencerminkan semangat inklusif BERTAUT.
Kemeriahan acara mencapai puncaknya dengan kehadiran bintang tamu utama, Ghea Indrawari. Dengan suara khas dan karisma panggungnya, Ghea berhasil membawakan sejumlah lagu populer dan berinteraksi hangat dengan ribuan penonton. Sesi penampilan Ghea Indrawari menjadi highlight paling berkesan, memperkuat pesan bahwa BERTAUT 2025 Banyumas adalah ruang apresiasi seni yang merangkul berbagai genre.
Direktur UT Purwokerto kembali menegaskan bahwa BERTAUT adalah wujud nyata komitmen UT sebagai Perguruan Tinggi Negeri yang adaptif dan berorientasi pada penguatan kreativitas anak bangsa. Di tengah derasnya arus digitalisasi, ruang seperti ini sangat dibutuhkan generasi muda untuk mengasah ide, berinovasi, dan membangun jejaring positif. Dukungan dari berbagai mitra dan sponsor menunjukkan bahwa ajang seni dan budaya tahunan ini telah menjadi gerakan nyata dalam merawat budaya lokal dan membangun ekosistem seni yang inklusif di Banyumas.