SERAYUNEWS – Apa penyebab banjir di Bali? Banjir melanda sejumlah wilayah di Provinsi Bali sejak Selasa (9/9/2025) setelah hujan deras turun tanpa henti. Peristiwa ini menelan korban jiwa dan memaksa ratusan warga mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Data terbaru Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Jumat (12/9) pagi mencatat 16 orang meninggal dunia akibat bencana tersebut.
Rinciannya, 10 korban di Kota Denpasar, 2 orang di Kabupaten Jembrana, 3 orang di Gianyar, dan 1 orang di Kabupaten Badung.
Selain korban jiwa, ratusan warga juga terpaksa meninggalkan rumah mereka. BPBD Provinsi Bali melaporkan 562 orang mengungsi, dengan 327 warga di Kabupaten Jembrana dan 235 orang di Kota Denpasar.
Kondisi ini menimbulkan keprihatinan sekaligus pertanyaan besar: apa sebenarnya penyebab banjir besar yang menimpa Bali?
Banjir Bali September 2025 tidak bisa dilepaskan dari kondisi atmosfer global yang memengaruhi cuaca regional.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam rilis Prospek Cuaca Mingguan periode 9–15 September 2025 menyebutkan adanya peningkatan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Bali.
Fenomena atmosfer seperti Dipole Mode Index (DMI) negatif, gelombang Rossby, Kelvin, hingga Madden Julian Oscillation (MJO) terdeteksi aktif secara bersamaan.
Ketiga fenomena ini memicu pertumbuhan awan hujan dalam jumlah besar, sehingga potensi hujan ekstrem meningkat drastis.
Aktifnya fenomena tersebut juga tercermin dari nilai Outgoing Longwave Radiation (OLR) yang cenderung negatif, menandakan pertumbuhan awan hujan sangat tinggi.
Hal ini membuat wilayah Indonesia bagian barat, tengah, hingga timur, termasuk Bali, berada dalam kondisi rawan hujan ekstrem.
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar turut mengonfirmasi bahwa gelombang ekuatorial Rossby yang aktif sejak awal pekan mendukung terbentuknya awan konvektif pemicu hujan deras.
Selain itu, kelembapan udara di Bali meningkat dari lapisan permukaan hingga 500 milibar, membuat curah hujan semakin deras.
Menurut Kepala BPBD Bali, Gede Agung Teja Bhusana Yadnya, banjir kali ini terjadi akibat kombinasi faktor alam dan ulah manusia.
Dari sisi alam, hujan deras yang berlangsung berhari-hari menjadi penyebab utama. Namun, kelalaian manusia ikut memperburuk situasi, terutama dalam hal manajemen sampah dan tata kelola pembangunan.
Ia menyoroti masifnya pembangunan infrastruktur di wilayah perkotaan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan.
Aliran sungai terganggu karena banyaknya bangunan baru, sementara sistem drainase tidak berkembang seiring pesatnya pembangunan. Akibatnya, ketika hujan turun deras, air tidak dapat mengalir dengan lancar dan sungai mudah meluap.
Selain itu, buruknya manajemen sampah juga memperparah keadaan. Banyak saluran air tersumbat limbah rumah tangga, sehingga banjir cepat meluas.
Banjir kali ini menunjukkan bahwa persoalan bencana tidak bisa hanya disalahkan pada faktor alam.
Campur tangan manusia dalam mengelola lingkungan juga punya andil besar. Pemerintah daerah Bali diharapkan segera memperbaiki tata kelola sampah, memperhatikan drainase perkotaan, serta menata ulang pembangunan yang bersinggungan dengan sungai.
Di sisi lain, masyarakat juga harus meningkatkan kesadaran lingkungan, seperti tidak membuang sampah sembarangan dan menjaga kebersihan saluran air.
Tanpa upaya bersama, bencana banjir serupa bisa kembali terjadi di masa depan, apalagi dengan tren cuaca ekstrem yang diperkirakan semakin sering akibat perubahan iklim.
Dengan memahami kombinasi penyebab banjir mulai dari curah hujan ekstrem, fenomena atmosfer, hingga kelalaian manusia diharapkan langkah mitigasi ke depan bisa lebih tepat sasaran.
Bali yang dikenal sebagai destinasi wisata dunia tentu perlu upaya serius untuk mengantisipasi bencana agar tidak berdampak lebih besar pada masyarakat maupun sektor pariwisata.
Demikian informasi tentang penyebab banjir di Bali.***