SERAYUNEWS – Saat ini orang-orang hidup dalam dunia serba cepat dan penuh persaingan, yang mana membuat mereka terjebak dalam ambisi untuk mencapai sebuah kesuksesan.
Hal tersebut menyebabkan salah satu fenomena yang banyak dibicarakan, yakni striving anxiety. Ini merupakan kondisi kecemasan karena dorongan kuat untuk terus berusaha demi mencapai tujuan.
Striving anxiety menggambarkan suatu ketegangan mental individu yang berusaha keras mencapai standar kesuksesan padahal hal tersebut tidak realistis, baik dalam karier, pendidikan, hubungan pribadi, maupun kehidupan sosial.
Meskipun berusaha untuk mencapai suatu tujuan adalah hal wajar, dorongan ambisi berlebihan dapat menyebabkan gangguan kecemasan yang parah.
Striving anxiety adalah kondisi saat seseorang mengalami kecemasan yang disebabkan oleh tekanan terus menerus untuk mencapai tujuan yang sebetulnya susah untuk digapai, baik tekanan yang ditentukan oleh diri sendiri, maupun orang lain.
Seringkali fenomena ini disebabkan oleh ekspektasi yang tidak realistik tentang prestasi pendidikan, maupun pencapaian pribadi.
Orang yang bergelut dengan striving anxiety percaya bahwa mereka harus bekerja lebih keras, dan lebih baik dari orang lain, meskipun harus mengorbankan kesehatan mental mereka.
1. Pengaruh Media Sosial
Media sosial sering memberikan gambaran kehidupan yang sempurna dengan banyak orang yang sukses.
Ini dapat memicu perasaan bahwa Anda juga harus terus berprestasi dan mencapai standar yang sama, meskipun ini tidak selalu benar.
2. Tekanan Sosial
Orang-orang yang Anda kenal seperti rekan kerja, atau keluarga dapat menambah tekanan pada semangat untuk mencapai sesuatu.
Misalnya, teman-teman saling membandingkan prestasi pribadi mereka atau orang tua memiliki harapan tinggi terhadap anak-anak. Hal tersebut yang akhirnya memperburuk kecemasan seseorang.
3. Persepsi Diri yang Terlalu Kritis
Orang yang mengalami kecemasan sering memiliki standar hidup yang sangat tinggi.
Mereka mungkin terus berusaha karena percaya bahwa kesalahan kecil atau ketidaksempurnaan akan membuat mereka gagal sepenuhnya.
4. Norma Sosial tentang Sukses
Orang-orang biasanya memiliki standar ketat tentang sukses, seperti mendapatkan karier tinggi, mendapatkan pendidikan sempurna, atau memiliki kehidupan pribadi yang ideal.
Standar-standard ini dapat menempatkan orang-orang di bawah tekanan yang berlebihan untuk mencapainya.
Dampak striving anxiety tidak hanya berpengaruh pada kesehatan mental, tetapi juga berpengaruh pada kesehatan fisik seseorang.
Orang yang mengalami striving anxiety selalu divonis mengalami stres kronis, kelelahan, gangguan tidur, hingga depreso berat.
Dia juga akan terus-terusan mengalami kekhawatiran, bahkan jika telah mencapai banyak hal.
Dalam beberapa kasus, striving anxiety dapat menyebabkan kelelahan mental parah atau burnout, yaitu kondisi kelelahan emosional dan fisik yang menyebabkan penurunan produktivitas dan kebahagiaan.
Bagi pengidap striving anxiety, dia mungkin akan terus-menerus mengejar tujuan, tanpa pernah benar-benar puas dengan hasil.
Terlepas dari kenyataan bahwa mencoba mengatasi kecemasan dapat mengganggu kesehatan mental, ada beberapa tindakan untuk mengendalikannya.
1. Menerima Ketidaksempurnaan
Semua orang pasti mengalami kegagalan atau kesulitan saat mereka berjuang. Itu adalah bagian dari proses pembelajaran.
Anda dapat mengurangi kecemasan dengan belajar untuk menghargai upaya dan kemajuan, bukan hanya hasil akhir.
2. Membuat Tujuan yang Realistis
Menetapkan tujuan yang lebih realistis akan membantu Anda mengatasi kecemasan ini.
3. Sesekali Lakukan Me time
Sangat penting untuk memberi tubuh waktu untuk bersantai, melakukan hobi, atau bahkan berlibur untuk melepaskan diri dari rutinitas yang penuh tekanan untuk menghindari kelelahan mental.
4. Konsultasi Pada Psikolog
Berbicara dengan seorang profesional kesehatan mental, seperti psikolog atau konselor, dapat sangat membantu jika kecemasan mulai mengganggu kehidupan sehari-hari dan kesehatan mental Anda.
Kesimpulannya, striving anxiety adalah fenomena kecemasan karena keinginan untuk terus berusaha dan mencapai kesuksesan, tanpa memperhatikan diri sendiri.
Kecemasan ini dapat diperburuk oleh tekanan dari media sosial, lingkungan, dan norma sosial tentang sukses.
Untuk menghadapinya, seseorang harus belajar menerima ketidaksempurnaan, menetapkan tujuan, dan memberi diri waktu untuk melupakan sejenak tekanan-tekanan.***