SERAYUNEWS – Keluarga adalah orang-orang yang dekat dengan kita, namun sering kali kita justru merasa lebih mudah marah saat berbicara dengan mereka.
Apa yang menyebabkan kita menjadi lebih emosional saat berinteraksi dengan keluarga?
Psikolog Christine Wibowo dari Universitas Soegijapranata Semarang menjelaskan bahwa hubungan keluarga memiliki kedekatan emosional yang tinggi.
Semakin dekat suatu hubungan, semakin besar pula potensi gesekan atau konflik.
Harapan yang tinggi terhadap keluarga, seperti ibu yang menginginkan anaknya pintar, bisa memicu perasaan tidak sabar dan akhirnya muncul kemarahan.
Selain itu, perasaan mudah marah juga bisa timbul karena keinginan untuk dimengerti oleh keluarga.
Sering kali, interaksi dengan keluarga melibatkan pertanyaan-pertanyaan yang terkesan sebagai bentuk interogasi atau penyelidikan, sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman.
Psikolog Ratna Yunita Setiyani Subardjo dari Universitas Aisyiyah Yogyakarta berpendapat bahwa pertanyaan yang sering kali bersifat investigatif dari keluarga bisa membuat seseorang merasa tersudut dan akhirnya marah.
Sementara itu, komunikasi dengan teman biasanya lebih santai, tanpa rasa diawasi atau dihakimi.
Berbicara dengan teman cenderung lebih bebas dan ringan, tanpa ada rasa saling menginterogasi.
Hal ini menunjukkan bahwa perasaan mudah marah dengan keluarga bisa terjadi karena adanya ekspektasi yang tinggi dan rasa ketidaknyamanan saat ditanya.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yayi Suryo Prabandari, menegaskan bahwa perasaan marah yang bisa dikendalikan menunjukkan kondisi mental yang sehat.
Jika seseorang dapat mengontrol emosinya meski terpicu amarah, maka hal ini tidak mengindikasikan gangguan mental.
Menurut Yayi, perasaan mudah marah saat berinteraksi dengan keluarga sering dialami oleh remaja, terutama mereka yang berusia 13 hingga 18 tahun.
Pada masa ini, remaja sedang dalam fase transisi antara dunia anak-anak dan dewasa.
Perubahan hormon juga menyebabkan emosi lebih labil, meski hal ini tetap perlu diatasi dengan komunikasi yang baik.
Sering emosi bisa menjadi tanda adanya gangguan mental atau kondisi medis tertentu. Berikut beberapa kondisi yang bisa menyebabkan seseorang mudah marah:
Sering marah-marah bisa menjadi gejala gangguan BPD (Borderline Personality Disorder) atau gangguan kepribadian ambang.
Kondisi ini merupakan gangguan mental yang ditandai dengan suasana hati serta citra diri yang sering berubah-ubah dan perilaku impulsif.
Mudah marah saat berkomunikasi dengan keluarga adalah hal yang bisa dialami siapa saja, terutama jika terdapat ekspektasi yang tinggi atau ketidaknyamanan dalam cara berkomunikasi.
Bagi remaja, hal ini lebih sering terjadi karena perbedaan dalam fase kehidupan. Namun, perasaan ini tetap perlu dikelola dengan cara berdialog agar hubungan keluarga tetap harmonis.***