SERAYUNEWS- Peringatan Hari Lahir (Harlah) Gerakan Pemuda (GP) Ansor ke-91, berlangsung di GOR Satria Purwokerto hari ini, Kamis (24/4/2025).
Sejumlah agenda di antaranya pengukuhan 100.000 Ansor Patriot Ketahanan Pangan. Selain itu juga terdapat agenda lain, yakni mujahad dan doa untuk bangsa.
Kemudian ada ziarah muassis NU dan tokoh, hataman Alquran 910.000, Nahdlatut Tujjar Fest pameran UMKM kader-kader Ansor, serta rapat akbar.
Rencananya, terdapat sekitar 100 ribu Banser yang akan hadir, untuk mengikuti sejumlah agenda dalam Harlah ke-91 tersebut.
“GP Ansor yang merupakan Organisasi Pemuda terbesar di dunia, dengan tegas berkomitmen untuk mengawal program-program Pemerintah. Di antaranya menumbuhkan kekuatan bangsa melalui program strategis,” kata Sekjen Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda (PPGP) Ansor, HA Rifqi Al Mubarok (Gus Rifqi).
Ini merupakan bentuk kesiapan GP Ansor, dalam mengawal program ketahanan pangan yang pemerintah canangkan.
Gerakan Pemuda Ansor adalah salah satu badan otonom Nahdlatul Ulama (NU) yang bergerak di bidang kepemudaan dan kemasyarakatan.
GP Ansor resmi berdiri pada Muktamar NU ke-9 pada 24 April 1934, bertepatan dengan 10 Muharram 1353 H di Banyuwangi. GP Ansor telah memiliki pengurus wilayah yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia.
Gerakan Pemuda Ansor membawahi Barisan Ansor Serbaguna (Banser), Rijalul Ansor, Densus 99, dan Lembaga Wakaf Ansor. Selain itu juga Lembaga Bantuan Hukum Ansor, Barisan Ansor Anti-Narkoba, dan PT Sorban Nusantara Travel.
Dari berbagai sumber, sejarah lahirnya GP Ansor tidak terlepas dari sejarah kelahiran NU itu sendiri. Pada tahun 1921, telah muncul ide untuk mendirikan organisasi pemuda secara intensif.
Hal itu juga karena dorongan kondisi saat itu, di mana banyak muncul organisasi pemuda bersifat kedaerahan. Ada Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatra, Jong Minahasa, dll.
Terlepas dari itu, muncul perbedaan pendapat antara kaum modernis dan tradisionalis akibat perbedaan pendapat masalah mazhab dan masalah furu’iyah lainnya.
Pada tahun 1924, KH. A. Wahab Hasbullah membentuk organisasi sendiri bernama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air) pimpinan KH. Abdullah Ubaid.
Sementara KH. Thohir Bakri sebagai Wakil Ketua, serta KH. Abdurrahim selaku sekretaris.
Setelah mulai banyak pemuda yang ingin bergabung Syubbanul Wathan, maka pengurus membuat sesi khusus mengurus mereka yang lebih mengarah kepada kepanduan atau Ahlul Wathan.
Kemudian atas inisiatif KH. Abdullah Ubaid, pada tahun 1931 terbentuklah Persatuan Pemuda Nahdlatul Ulama (PPNU) dan pada 14 Desember 1932.
PPNU berubah nama menjadi Pemuda Nahdlatul Ulama (PNU). Pada tahun 1934 berubah lagi menjadi Ansor Nahdlatul Oelama (ANO).
Sampai sini meski ANO sebagai bagian dari NU, namun secara formal belum tercantum dalam struktur dan Banom NU.
Nama “Ansor” merupakan saran KH. A. Wahab Hasbullah, dari nama kehormatan Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Madinah. Karena telah berjasa dalam perjuangan membela dan menegakkan Islam.
Dengan demikian, ANO dapat mengambil hikmah dan teladan terhadap sikap, perilaku, dan semangat perjuangan para sahabat Nabi Muhammmad.
Gerakan ANO (yang kini jadi GP Ansor) harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai dasar Sahabat Ansor, yakni sebagai penolong, pejuang, dan bahkan pelopor.
Pelopor dalam menyiarkan, menegakkan, dan membentengi ajaran Islam. Inilah komitmen awal yang harus jadi pegangan teguh setiap anggota ANO (GP Ansor).
Pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi di bawah pimpinan Kyai Saleh Lateng atau Kyai Saleh, tepatnya pada 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934 M, ANO sah sebagai bagian (departemen) pemuda NU.
Dengan pengurus antara lain: KH. Thohir Bakri sebagai Ketua, KH. Abdullah Ubaid sebagai Wakil Ketua, H. Achmad Barawi dan Abdus Salam sebagai Sekretaris.
Dalam perkembangannya secara diam-diam, khususnya ANO Cabang Malang mengembangkan organisasi gerakan kepanduan, BANOE (Barisan Ansor Nahdlatul Oelama).
Kini sebutannya adalah BANSER (Barisan Serbaguna). Dalam Kongres II ANO di Malang tahun 1937, BANOE menunjukkan kebolehan pertama kalinya dalam baris-berbaris.
Mereka mengenakan seragam dengan Komandan Moh. Syamsul Islam yang juga Ketua ANO Cabang Malang.
Sedangkan instruktur umum Banoe Malang adalah Mayor TNI Hamid Roesdi. Salah satu keputusan penting Kongres II ANO di Malang tersebut adanya BANOE di tiap cabang ANO.
Selain itu, menyempurnakan Anggaran Rumah Tangga ANO terutama yang menyangkut soal BANOE.
Pada masa penjajahan Jepang, organisasi-organisasi pemuda diberangus termasuk ANO. Kemudian tokoh ANO Cabang Surabaya, Moh. Chusaini Tiway mengemukakan ide untuk mengaktifkan kembali ANO.
Ide ini mendapat respon positif dari KH. Wachid Hasyim (Menteri Agama RIS kala itu). Maka pada 14 Desember 1949, lahir kesepakatan membangun kembali ANO dengan nama baru Gerakan Pemuda Ansor atau GP Ansor.
GP Ansor hingga saat ini telah berkembang sedemikan rupa menjadi organisasi kemasyarakatan pemuda di Indonesia. Dengan watak kepemudaan, kerakyatan, keislaman, dan kebangsaan.
GP Ansor hingga saat ini telah berkembang, memiliki 433 Cabang (Tingkat Kabupaten/Kota) di bawah koordinasi 32 Pengurus Wilayah (Tingkat Provinsi) hingga ke tingkat desa.
Dengan kemampuannya mengelola keanggotaan khusus BANSER (Barisan Ansor Serbaguna) yang memiliki kualitas dan kekuatan tersendiri di tengah masyarakat.
Di sepanjang sejarah perjalanan bangsa, dengan kemampuan dan kekuatan tersebut GP Ansor, memiliki peran strategis dan signifikan dalam perkembangan masyarakat Indonesia.
GP Ansor mampu mempertahankan eksistensi diri, mampu mendorong percepatan mobilitas sosial, politik dan kebudayaan bagi anggotanya.
Serta mampu menunjukkan kualitas peran maupun kualitas keanggotaannya. GP Ansor tetap eksis dalam setiap episode sejarah perjalanan bangsa dan tetap menempati posisi stategis dalam setiap pergantian kepemimpinan nasional.