Purbalingga, serayunews.com
“Kegiatan ini diikuti sejumlah lembaga dan komunitas. Mulai dari Forum Purbalingga Bersih (FPB), Palang Merah Indonesia (PMI), Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Pramuka serta Lintas Komunitas Peduli dan sejumlah komunitas yang lain,” kata Ketua Klenteng Ho Tek Bio Mulyadiyanto didampingi pengurus Andrian Ming.
Dia menyampaikan, pembuatan eco enzyme dilakukan dalam jumlah besar. Pembuatan dipandu langsung oleh instruktur dari FPB Kris Hartoyo Yahya. Dalam kesempatan tersebut Kris Hartoyo menyampaikan, eco enzyme dibuat dari bahan sampah organik.
“Salah satunya dari sisa kulit buah,” ungkapnya.
Dia menjelaskan eco enzyme adalah cairan serbaguna yang dihasilkan dari proses fermentasi sampah organik seperti sisa kulit buah dan sayuran.
Eco enzyme pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong dari Thailand.
“Tujuannya adalah untuk mengubah enzim yang terdapat dalam sampah organik menjadi larutan pembersih organik,” paparnya.
Produksi enco enzyme yang dibuat oleh lintas komunitas di Purbalingga tersebut bisa dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, di antaranya untuk disemprotkan ke tumpukan sampah, sehingga mampu mengurangi gas metan dan bau.
“Bisa juga untuk dituang ke sungai. Sehingga air sungai kualitasnya menjadi lebih baik dan jernih,” lanjutnya.
Salah satu peserta pembuatan eco enzyme, Mahendra Yudhi Krisna mengatakan pembuatan eco enzyme yang merupakan salah satu metode pengolahan sampah organik, perlu terus disosialisasikan.
“Ini berguna untuk mengurangi penggunaan zat kimia. Dalam bidang pertanian eco enzyme juga mulai digunakan untuk memberantas hama dan penyakit. Jadi perlu terus digalakkan,” kata pengurus Kwarcab Gerakan Pramuka Kabupaten Purbalingga tersebut.