Advertisement
Advertisement
Purwokerto, Serayunews.com
Rektor UMP, Dr Jebul Suroso menyampaikan, kerjasama yag dijalin dengan Puhua School merupakan kerjasama pendidikan sekaligus pengembangan budaya. Kedua belah pihak sama-sama mengakui perbedaan dan sepakat mengakomodir menjadi sebuah kerjasama.
Sebagaimana diketahui, Puhua merupakan sekolah yang mayoritas siswanya berasal dari warga keturunan, sedangkan UMP merupakan perguruan tinggi yang mayoritas muslim. Perbedaan tersebut merupakan kekayaan kebhinekaan yang jika diselaraskan akan menjadi kekuatan tersendiri untuk mewujudkan pendidikan berkarakter.
“Banyak model kerjasama yang bisa dijalin UMP dengan Puhua, misalnya mahasiswa jurusan pendidikan, bisa melakukan praktek mengajar di sekolah Puhua, sebaliknya kita juga bisa merekrut sumber daya manusia (SDM) Puhua untuk bisa mengajar di UMP, jika nanti kita membuka jurusan bahasa mandarin,” kata Rektor, usai penandatagan MoU dengan Puhua School, Rabu (18/5/2022).
Menurut Rektor UMP, pengenalan akan budaya Tiongkok, merupakan simbol keberagaman. Selaku perguruan tinggi, UMP juga mempunyai kewajiban untuk turut ambil peran dalam pengembangan budaya.
“Jurusan Bahasa Mandarin nanti bisa masuk ke Ilmu Budaya dan Komunikasi di UMP. Konteksnya adalah keberagaman, menghadirkan warna lain. Sebab, kita tidak hanya mengacu pada barat saja, tetapi internasionalisasi bisa berpusat ke manapun. Saat UMP nanti menggelar atraksi liong, tentu menjadi simbol kebhinekaan yang sangat mengedukasi bagi semua pihak,” terangnya.
Hal senada juga diampaikan, Direktur Sekolah 3 Bahasa, Chen Tao. Menurutnya, kerjasama dengan UMP merupakan babak baru yang dipastikan akan banyak membawa dampak positif bagi Puhua. Pihaknya juga berkomitmen untuk mendorong para guru Puhua yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang S2, untuk menempuh pendidikan di UMP, sebab dari sisi kualitas UMP sudah sangat diperhitungkan.
“Banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai tindak lanjut dari kerjasama ini, yang pasti kita sangat bangga bisa menjalin MoU dengan UMP,” ungkapnya.
Sementara itu, Sekretaris Yayasan Putera Harapan Banyumas, Kartika Widjaja mewakili Ketua Yayasan, Yudi Sutanto dalam sambutannya menyampaikan, selama ini Puhua bukan hanya sebagai sekolah saja, namun juga menjadi rumah untuk belajar toleransi dan keragaman kebudayaan.
“Sekolah kami memiliki catatan sejarah panjang. Sekolah yang dirintis pertama kali pada tahun 1906 ini, termasuk salah satu sekolah tertua di Banyumas. Seperti namanya, Puhua begitu lekat dengan bahasa Mandarin, yang menjadi dasar pengajaran linguistik di dalamnya. Ibarat Indonesia mini, Puhua dikenal sebagai sekolah multikultural yang mampu merangkul seluruh murid, guru, hingga staf sekolah yang berasal dari latar belakang agama, suku, dan budaya berbeda,” tuturnya.