SERAYUNEWS— Pidato penutup Ganjar dalam debat capres terakhir tampak menyudutkan Prabowo. Pendiri Tiongkok memiliki slogan, remembering history, exploring future, mengingat sejarah membangun masa depan.
Slogan ini yang mungkin Capres 01, Ganjar Pranowo, gunakan. Dia mengingat ucapan Jokowi untuk menyudutkan Capres 02, Prabowo Subianto.
Peristiwa mengagetkan itu terjadi pada debat Pilpres terakhir di JCC Jakarta tinggal 4 February 2024.
Pada pernyataan penutup, Ganjar menyampaikan dengan tegas, bahwa dirinya mengenang bagaimana debat Pilpres 2019 yang mengingatkan pemilih agar tidak memilih pemimpin pelanggar HAM.
“Lima tahun yang lalu dalam debat Capres 2019, saya tim kampanye Joko Widodo. Beliau menyampaikan dan kita diingatkan untuk tidak memilih calon yang punya potongan diktator dan otoriter. Dan yang punya rekam jejak pelanggar HAM, dan punya rekam jejak untuk tidak melakukan kekerasan, yang punya rekam jejak masalah korupsi,” kata Ganjar.
Pola memanfaatkan ucapan Jokowi untuk menyerang Prabowo juga pernah Capres 01, Anies Baswedan, lakukan pada debat capres putaran ketiga di Istora Senayan, Jakarta (7/1/2024).
Anies menyinggung pertanyaan Jokowi saat debat Pilpres 2019 tentang kepemilikan 340 hektar lahan milik Prabowo.
Jika soal kepemilikan lahan mungkin Prabowo masih membela diri, statusnya memang bukan hak milik.
Namun, itu sulit untuk soal HAM. Prabowo dinilai sebagai orang yang harus bertanggung jawab terhadap pelanggaran HAM penculikan sejumlah aktivis pada 1997-1998.
Saat itu, Prabowo menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).
Menurut catatan Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI) ada 13 orang yang hilang dan tak ketahuan rimbanya hingga saat ini. Empat di antaranya adalah para aktivis Partai Rakyat Demokratik, yaitu Wiji Thukul, Bima Petrus, Herman Hendrawan, dan Suyat.
Meskipun demikian, Prabowo Subianto memang belum sempat mendapat pengadilan secara hukum dalam kasus ini. Rekomendasi DPR pada 2009 agar pemerintah membentuk pengadilan HAM ad hoc dan mengusut kasus penculikan 13 aktivis yang masih hilang pun tak berjalan hingga saat ini.
Pemerintahan Presiden Jokowi justru memilih jalur non hukum dengan membentuk Tim penyelesaian nonyudisial pelanggaran HAM berat (PPHAM) melalui Keppres No.17/2022.
Ganjar pada debat sebelumnya memang sudah berjanji akan membentuk pengadilan HAM ad hoc dan menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu jika dia terpilih sebagai presiden.
Namun pegiat HAM dan keluarga korban tetap khawatir janji-janji itu “hanya untuk meraup suara” seperti yang terjadi pada beberapa pemilu sebelumnya.
“Selama ini dari pemilu ke pemilu, kami keluarga korban selalu ditipu karena mereka membuat janji hanya untuk meraup suara. Janji-janji itu tidak pernah diwujudkan,” kata keluarga korban Tragedi Semanggi I, Maria Catarina Sumarsih (13/12/2024).
Apakah jika Ganjar terpilih jadi Presiden akan menuntaskan kasus HAM? Jangan-jangan malah hanya kembali asyik olahraga lari bersama istrinya.
Teringat perkataan Samuel Huntington, Ilmuwan Politik Amerika, “Banyak orang di dunia lebih peduli dengan olahraga daripada dengan hak asasi manusia.”
Jadi, bagaimana pidato penutup Ganjar? Apa benar menyudutkan Prabowo?*** (O Gozali)