
SERAYUNEWS – Ponpes Lirboyo milik siapa? Sebuah tayangan dari program Xpose Trans7 memicu gelombang reaksi keras dari publik setelah dinilai melecehkan kiai dan lembaga pesantren, khususnya Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri, Jawa Timur.
Dalam cuplikan video yang beredar luas di media sosial, terlihat sejumlah santri menyalami seorang kiai yang duduk, disertai narasi yang dianggap menyesatkan karena menyebut santri rela “ngesot” demi memberi amplop kepada kiai.
Narasi itu memancing kemarahan warganet karena dinilai memutarbalikkan fakta dan merendahkan martabat pesantren.
Tanggapan Masyarakat Terhadap Tayangan Trans7
Banyak pihak menilai tayangan tersebut menyudutkan dunia pesantren dan para kiai yang selama ini dikenal sebagai figur moral dan spiritual bangsa.
Sejumlah akun media sosial, termasuk @dutaprestasimuda dan @growbareng, secara terbuka menyampaikan pernyataan sikap dan mendesak pihak Trans7 untuk segera memberikan klarifikasi serta permintaan maaf.
Mereka menilai penyajian tayangan dengan potongan video tanpa konteks lengkap telah menggiring opini negatif dan mencederai prinsip jurnalisme objektif.
Menanggapi hal itu, Anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi PKB Maman Imanulhaq turut mengecam keras tayangan tersebut. Ia menyebut narasi yang digunakan sangat tidak pantas dan menyesatkan publik karena menggambarkan kiai secara keliru.
“Kiai adalah figur moral dan spiritual yang telah berjasa besar bagi bangsa ini. Menyudutkan mereka sama saja dengan melecehkan tradisi keilmuan dan keagamaan yang menjadi fondasi masyarakat Indonesia,” tegas Maman.
Ia juga meminta Trans7 untuk melakukan evaluasi internal dan meminta maaf secara terbuka kepada publik serta kalangan pesantren.
Ponpes Lirboyo Milik Siapa?
Pondok Pesantren Lirboyo berdiri pada tahun 1910 Masehi, didirikan oleh KH Abdul Karim yang dikenal dengan panggilan Mbah Manab. Terletak di Kelurahan Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, pesantren ini awalnya hanya berupa tempat belajar agama sederhana.
Kini, di bawah kepemimpinan cucu pendiri, KH M. Anwar Manshur, bersama jajaran pengasuh lain dari keluarga besar Lirboyo, pesantren ini berkembang pesat menjadi salah satu pusat pendidikan Islam terbesar di Indonesia.
Dalam perkembangannya, Lirboyo mempertahankan sistem pengajaran klasik ala salaf, seperti metode sorogan dan bandongan, serta menambahkan pendidikan madrasah terstruktur melalui Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien yang berdiri sekitar tahun 1925.
Gabungan antara tradisi dan inovasi ini menjadikan Lirboyo tetap relevan di tengah modernisasi pendidikan Islam.
Filosofi Kemandirian Santri
Tradisi santri yang ikut membangun pesantren mencerminkan filosofi pendidikan Lirboyo: membentuk pribadi yang tidak hanya alim dalam ilmu agama, tetapi juga tangguh, disiplin, dan mandiri.
Para kiai menanamkan nilai bahwa bekerja dengan niat ikhlas untuk kemaslahatan bersama adalah bagian dari ibadah.
Kini, meskipun sempat terseret dalam perbincangan publik akibat tayangan televisi, Pondok Pesantren Lirboyo tetap dikenal luas sebagai lembaga pendidikan Islam yang berpengaruh dan berkontribusi besar dalam mencetak generasi berilmu dan berakhlak.
Demikian informasi tentang kepemilikan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.***