SERAYUNEWS – Presiden terpilih Prabowo Subianto kembali menunjukkan komitmennya terhadap kesejahteraan petani.
Dalam kunjungannya ke Majalengka pada Senin (7/4/2025), Prabowo menjanjikan bantuan unik dan solutif.
Langkah ini bukan hanya simbol kepedulian, melainkan juga bentuk konkret dari solusi berbasis ekosistem alami yang layak untuk dikembangkan di daerah pertanian lain.
Selama bertahun-tahun, para petani di Majalengka dan wilayah sekitarnya bergelut dengan serangan hama tikus yang merusak hasil panen.
Dalam dialog terbuka dengan Prabowo, mereka mengeluhkan bagaimana upaya pemberantasan secara konvensional, seperti racun atau jebakan, seringkali tidak efektif dan bahkan merusak lingkungan.
Salah satu petani menyampaikan ide untuk menggunakan burung hantu sebagai predator alami tikus. Mendengar saran tersebut, Prabowo langsung merespons dengan cepat.
“Saya akan bantu 1.000 burung hantu. Kalau biayanya Rp150 juta, saya akan bayar,” ujarnya, disambut tepuk tangan petani yang hadir.
Burung hantu jenis Tyto alba atau serak Jawa merupakan spesies yang ampuh membasmi hama tikus secara alami. Seekor burung hantu dewasa mampu memangsa 2 hingga 5 ekor tikus setiap malam.
Tak hanya efektif, solusi ini juga lebih ramah lingkungan dibandingkan penggunaan pestisida kimia yang justru bisa merusak ekosistem dan kesehatan tanah.
Implementasi burung hantu sebagai pengendali hama sudah terbukti sukses di beberapa wilayah, seperti di Desa Tlogoweru, Demak, Jawa Tengah.
Desa ini merupakan pionir program konservasi burung hantu untuk pertanian sejak tahun 2012.
Dalam beberapa musim tanam, populasi tikus menurun drastis hingga 90%. Kerusakan lahan sawah pun dapat ditekan secara signifikan.
Langkah Presiden Prabowo menjanjikan 1.000 burung hantu bukan sekadar bantuan simbolis.
Ini adalah cerminan dari pendekatan baru yang lebih berpihak pada kelestarian alam dan kesejahteraan petani.
Prabowo tidak hanya sekadar memberikan janji. Ia meminta jajaran kementerian terkait untuk mendata dan merealisasikan distribusi burung hantu ke wilayah terdampak hama.
Langkah ini menandai awal sinergi baru antara petani, pemerintah, dan alam untuk menjaga ketahanan pangan nasional.
“Saya serius. Negara harus hadir. Kalau rakyat susah, saya ikut susah,” kata Prabowo di hadapan para petani. Sikap ini menunjukkan bahwa ia tidak hanya memimpin dari atas, tetapi hadir langsung mendengar dan mencari solusi bersama.
Desa Tlogoweru bisa menjadi inspirasi besar bagi Majalengka dan daerah pertanian lainnya.
Dengan membangun rumah burung hantu (ropan) di sekitar lahan pertanian, warga desa tersebut tidak hanya berhasil menekan populasi tikus, tapi juga menjadikan desanya sebagai pusat edukasi pengendalian hama berbasis ekosistem.
Burung hantu memang bukan solusi instan. Namun, dengan pengelolaan yang tepat dan dukungan pemerintah, solusi ini dapat menjadi sistem pengendalian hama berkelanjutan.
Pemerintah juga dapat mendorong penelitian serta pelatihan petani agar dapat merawat dan memanfaatkan burung hantu secara optimal.
Banyak alasan mengapa burung hantu menjadi solusi yang layak dikembangkan secara nasional.
1. Ramah Lingkungan: Tidak meninggalkan residu kimia di tanah maupun tanaman.
2. Efektif dalam Jangka Panjang: Sekali berkembang biak, burung hantu bisa menetap di lingkungan yang mendukung.
3. Murah dan Berkelanjutan: Tidak perlu pembelian berulang seperti halnya pestisida.
4. Meningkatkan Ekosistem Pertanian: Menjaga keseimbangan rantai makanan di area pertanian.
Meski menjanjikan, program ini tetap memerlukan edukasi dan pendampingan agar tidak menimbulkan masalah baru.
Burung hantu perlu habitat yang sesuai dan perlindungan dari ancaman manusia serta predator lain. Selain itu, petani harus mendapat pelatihan agar menjaga populasi burung hantu tetap stabil.
Namun dengan perencanaan yang matang dan dukungan dari pemerintah pusat dan daerah, program ini berpotensi menjadi langkah revolusioner dalam menghadapi masalah klasik pertanian, hama tikus.
Saat teknologi modern belum mampu memberikan jawaban tuntas terhadap hama tikus, kembali ke solusi alami seperti ini bisa menjadi jawaban cerdas.
Dengan burung hantu, harapan petani untuk panen lebih baik bukan lagi sekadar angan. Ini adalah panggilan untuk kembali bersinergi dengan alam, dengan dukungan nyata dari pemimpin negeri.***