SERAYUNEWS– Kebutuhan bawang merah di Kabupaten Cilacap masih jauh dari tercukupi. Data Dinas Pertanian, dari kebutuhan sekitar 4.000 hingga 5.000 ton per tahun, produksi lokal baru mampu memasok sekitar 500 hingga 1.000 ton. Kondisi ini membuat defisit bawang merah di Cilacap masih mencapai 4.000 hingga 4.500 ton per tahun.
Upaya mengurangi ketergantungan pasokan dari luar daerah terus dilakukan. Salah satunya melalui panen perdana bawang merah varietas Maserati di Desa Bunton, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Minggu (28/9/2025). Panen dilakukan oleh Kelompok Tani Milenial Kreasi Tani, dengan hasil sekitar 400 kilogram dari lahan seluas 1.800 meter persegi.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap, Sigit Widayanto, menyebut panen ini menjadi bukti keberhasilan program Inovasi Desa Integratif Pangan (In Desa) 2025.
“Alhamdulillah di lahan sekitar 1.800 meter persegi hasilnya cukup bagus. Mudah-mudahan bisa berkembang di Adipala dan sekitarnya sebagai sentra hortikultura, khususnya bawang merah, sehingga mampu menopang kebutuhan di Cilacap yang saat ini masih defisit,” ujarnya, Senin (29/9/2025).
Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi sektor pertanian di Cilacap. Kecamatan Adipala, misalnya, dikenal sebagai salah satu sentra utama bawang merah yang menopang kebutuhan lokal. Meski begitu, kontribusinya masih perlu ditingkatkan agar mampu menjawab defisit yang terjadi.
“Kebutuhan bawang merah di Kabupaten Cilacap itu kurang lebih 4.000 sampai 5.000 ton per tahun. Kita saat ini baru bisa mencukupi antara 500 sampai 1.000 ton per tahun, sehingga masih ada defisit sekitar 4.000 hingga 4.500 ton. Nah, Kecamatan Adipala ini merupakan sentra bawang merah di Cilacap yang menopang pemenuhan kebutuhan tersebut,” ungkap Sigit.
Sigit menambahkan, langkah inovatif yang melibatkan dunia usaha patut diperluas agar dampaknya semakin terasa bagi masyarakat. Menurutnya, dukungan perusahaan bukan hanya sebatas program sosial, melainkan juga wujud nyata tanggung jawab dalam membangun ketahanan pangan daerah.
“Mudah-mudahan apa yang sudah diinisiasi PLTU Bunton bisa ditiru perusahaan lain melalui program TJSL, sehingga petani lebih berdaya dan masyarakat bisa semakin sejahtera,” katanya.
Inovasi pertanian modern turut mendukung keberhasilan panen. PLN Indonesia Power UBP Jateng 2 Adipala memperkenalkan pemanfaatan Faba (fly ash dan bottom ash) dari PLTU sebagai pestisida alami.
Manager Administrasi PLN Indonesia Power UBP Jateng 2 Adipala, Alin Kurniawan Purwanindita, menegaskan bahwa keberhasilan panen kali ini tidak lepas dari sinergi antara teknologi dan semangat petani muda.
Menurutnya, program yang dijalankan bukan sekadar mendampingi, tetapi juga memperkenalkan inovasi baru dalam pertanian, terutama melalui pemanfaatan limbah yang ramah lingkungan.
“Kolaborasi dengan kelompok tani milenial ini kami wujudkan dengan pemanfaatan faba. Limbah PLTU bisa diolah menjadi pestisida, hasilnya bawang tumbuh lebih kokoh, besar, dan bebas hama,” jelasnya.
Selain itu, teknologi Internet of Things (IoT) juga diterapkan untuk irigasi otomatis. Menurut Arif Sudarmaji, Dosen Teknik Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, sistem ini memudahkan petani dalam mengelola lahan.
“Teknologi irigasi otomatis berbasis IoT memungkinkan petani memantau kelembaban tanah dan mengatur penyiraman langsung dari aplikasi Android. Dengan begitu, mereka tidak harus selalu datang ke lahan,” jelasnya.
Bagi kelompok tani muda, inovasi ini juga menjadi cara mengajak generasi milenial agar tertarik kembali ke dunia pertanian. Petani milenial, Hartono, menegaskan semangatnya dalam memperkuat ketahanan pangan.
“Kami bersama kelompok petani milenial berusaha keras memajukan ketahanan pangan Cilacap dengan menanam bawang merah Maserati. Dengan dukungan alat-alat modern, generasi muda lebih tertarik untuk ikut bertani,” katanya.
Ia menambahkan, tingginya permintaan membuat hasil panen tidak pernah kesulitan dalam pemasaran.
“Permintaan pasar cukup tinggi. Bahkan sebelum panen, sudah banyak yang memesan karena kapasitas produksi lokal memang masih kurang,” ujarnya.
Panen perdana ini diharapkan menjadi pilot project yang bisa direplikasi di wilayah lain di Cilacap. Dengan kolaborasi teknologi, dukungan perusahaan, serta semangat petani milenial, peluang menutup defisit bawang merah semakin terbuka.