SERAYUNEWS – Apakah boleh menggabungkan puasa Dzulhijjah dan qadha Ramadan? Umat Islam berkewajiban melaksanakan ibadah puasa Ramadan.
Ketika tidak bisa melaksanakannya maka harus menggantinya atau qadha puasa Ramadan sesuai dengan jumlah hari yang ditinggalkan.
Kini telah memasuki bulan Dzulhijjah atau bulan terakhir dalam kalender Hijriah. Pada bulan ini juga ada Idul Adha atau lebaran haji.
Umat Islam dianjurkan melaksanakan amalan puasa sunah di bulan ini, yakni puasa Dzulhijjah.
“Tidak ada hari-hari yang lebih disukai Allah untuk dipakai beribadah lebih dari sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Berpuasa pada siang harinya sama dengan berpuasa selama satu tahun dan salat pada malam harinya sama nilainya dengan mengerjakan salat pada malam lailatul qadar.” (HR Tirmidzi)
Lantas apakah puasa dzulhijjah dan qadha Ramadan boleh digabungkan?
Umat Islam dapat segera mengganti ibadah puasa Ramadan. Puasa qadha Ramadhan sejatinya dapat dilakukan kapan saja termasuk bulan Dzulhijjah. Namun, dilarang berpuasa pada hari Idul Adha dan hari tasyrik.
Idul Adha dilaksanakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Tahun ini jatuh pada Senin, 17 Juni 2024. Sedangkan, hari tasyrik ini tiga hari berturut-turut setelah Idul Adha.
Sehingga dilarang berpuasa pada tanggal 17, 18, 19, dan 20 Juni 2024.
Berikut ini jadwal melaksanakan ibadah puasa sunah menjelang Idul Adha 1445 H:
نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma syahri dzulhijjah sunnatan lillahi ta’ala.
Artinya: “Saya niat puasa sunnah pada bulan Dzulhijjah karena Allah Ta’ala.”
نويتُ صومَ تَرْوِيَة سُنّةً لله تعالى
Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillahi ta’ala
Artinya: “Aku niat puasa sunah Tarwiyah karena Allah Ta’ala.”
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةٌ اللَّه تَعَالَى
Nawaitu shauma yauma ‘arafata sunnatan lillâhi ta’âlâ.
Artinya: “Saya niat puasa Arafah, sunnah karena Allah Ta’ala.”
Demikian tanggal pelaksanaan ibadah puasa dzulhijjah untuk menyambut Idul Adha.
***