Purbalingga, serayunews.com
Wakil ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Purbalingga Tahun 2022, Suroto menyampaikan, target pemerintah pusat menekan angka stunting hingga 14 persen di tahun 2024. Sedangkan Kabupaten Purbalingga, Pemprov Jateng menargetkan penurunan angka stunting hingga 13,3 persen pada tahun 2024.
“Kami optimistis bisa menekan angka stunting sesuai target. Harapannya, sinergitas semua pihak tetap terjalin baik sehingga apa yang jadi target bisa tercapai,” kata Suroto.
Suroto menyampaikan, angka prevalensi stunting di Kabupaten Purbalingga terus menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2017 28,4, tahun 2018 angkanya sampai 26,4 persen, 17,8 persen di tahun 2019, 16,93 persen di tahun 2020 dan 15,7 persen di tahun 2021. Menurutnya, hal tersebut merupakan kemajuan yang baik dalam hal penanganan stunting di Kabupaten Purbalingga.
“Dari tahun ke tahun angka stunting di Kabupaten Purbalingga mengalami penurunan. Ini hal yang baik dan aksi penurunan stunting di Kabupaten Purbalingga efektif,” kata Suroto, yang juga menjabat kepala Bappelitbangda.
Target di tahun 2024 semakin diyakini bisa tercapai, berdasarkan penanganan dan pencegahan yang lebih optimal. Sebab, Purbalingga tahun 2022 mendapatkan Dana Alokasi Khusus dari Kementerian Kesehatan terkait pengadaan alat USG (ultrasonografi) untuk semua Puskesmas di Purbalingga.
Adanya alat ini, maka pencegahan stunting bisa dilakukan sedini mungkin, mendeteksi secepatnya. Sehingga bisa intervensi secepat mungkin apakah karena kurangnya asupan gizi, karena penyakit tertentu, atau permasalahan lainnya.
“Alhamdulillah sudah terdapat pemenang tender alat USG, sehingga harapannya nanti bisa langsung teralokasikan ke semua Puskesmas di Purbalingga. Setelah diterima nantinya juga akan ada pendamping telemesin yang laporannya langsung ke Rumah Sakit Goeteng, sehingga bisa langsung ada pencegahan stunting,” kata Kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Purbalingga dr Jusi Febrianto.
Menurut Jusi, stunting juga memiliki kaitan erat dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI). Hal ini karena permasalahan stunting, penyebabnya 60 persen anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI eksklusif.
Selain itu, dr Jusi juga mengatakan, pengasuhan yang kurang baik seperti kurangnya mengetahui kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan serta melahirkan. Kemudian terbatasnya layanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan, menjadi salah satu faktor stunting.
“Kurangnya akses rumah tangga keluarga terhadap makanan bergizi karena makanan bergizi di Indonesia, termasuk mahal. Kemudian kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi. 1-6 rumah tangga di Indonesia masih buang air besar di ruang terbuka dan 1-3 rumah tangga belum memiliki akses terhadap air bersih, ” ujarnya.