SERAYUNEWS – Sosok yang fenomenal sekaligus menuai kontroversial sebagai salah satu pemimpin Rusia dengan pengaruh paling besar, bahkan digadang-gadang sebagai Tsar abad 21 oleh Economist siapa lagi jika bukan Vladimir Putin.
Kali ini, Putin menang telak dalam Pilpres yang berlangsung selama tiga hari hingga Minggu (17/3/2024) kemarin. Reuters mengutip pada Senin (18/3/2024), Putin meraih suara 87,8%. Menurut Komisi Pemilihan Umum Pusat (CEC) Rusia, dengan perolehan sebanyak itu, Putin pasti menjadi pemenang.
Perolehan suara tersebut merupakan hasil tertinggi salam sejarah pasca Uni Soviet runtuh dan otomatis memperpanjang kekuasaan Putin hingga enam tahun ke depan.
Vladimir Putin berkuasa sebagai Presiden Rusia dari 2000 hingga 2008 dan berlanjut lagi pada 2012-sekarang. Hal ini memungkinkan ia menyalip Joseph Stalin sebagai pemimpin terlama di negeri itu, bahkan selama lebih dari 200 tahun. Mengingat tingkat harapan hidup warga Rusia sebesar 71,54 tahun, ia pun bisa jadi presiden seumur hidup.
Putin terjun ke politik tanpa memiliki partai politik. Ia mengikuti kontestasi dari jalur independen. Namun, dia mendapat dukungan Partai United Russia (Rusia Bersatu) dan Partai A Just Russia-For Truth (Rusia yang Adil-Untuk Kebenaran).
Sejak awal menjadi Presiden, Putin ingin mengupayakan pusat kekuasaan berada di tangan negara. Namun, ia tidak menginginkan pula Rusia kembali menerapkan komunisme seperti masa silam.
Oleh karena itu, Putin menjalankan demokrasi versinya sendiri yang dikenal Managed Democracy. Demoksi ala Putin itu, ia sebut sebagai bentuk penyesuaian kebutuhan dan karakteristik yang menurutnya tepat bagi Rusia demi menjadi negara kuat.
Demokrasi ala Putin, klaimnya, mengatur banyak hal terkait modernisasi di bidang ekonomi dan sosial yang mengacu pada Barat, tappi tetap berlandaskan pada realita masyarakat Rusia itu sendiri.
Putin ingin menjadikan presiden sebagai sosok pusat kekuasaan, lebih kuat ketimbang institusi negara lainnya.
Negara melakukan penguasan dan kontrol media secara masif. Tak heran, jika pemerintah Rusia memberikan modal hingga membeli saham media-media di Rusia. Segala bentuk pemberitaan yang dapat melemahkan legitimasi pemerintah juga diawasi.
Singkatnya, demokrasi Putin mencoba menggabungkan sistem demokrasi dengan otoriter. Kekuasaan pemerintahan di tangan presiden, yang cenderung mengarah pada sistem kekuasaan terpusat atau sistem otoriter.
Lantas seperti apa demokrasi karakteristik Rusia? Melansir dari LA man resmi forum cendekiawan AS Wilson Center (16/3/2024), Hugh Ragsdale, pengamat Independen, menyatakan orang Rusia memandang demokrasi memiliki empat ciri yaitu otoriter, tertib, egaliter, dan populer. Bukan liberal.*** (O Gozali)