SERAYUNEWS – Keterbatasan tidak menjadikan alasan untuk patah semangat lalu terpuruk. Tidak juga lantas mengharapkan empati dan belas kasihan di kehidupannya.
Eprisa Nova Rahmawati, perempuan asal Banjarnegara ini justru mampu melampaui batas di tengah keterbatasan yang dimiliki. Meski kesehariannya harus duduk di kursi roda, tapi dia membuktikan bahwa hidup harus terus berjalan.
Perempuan yang akrab disama Rahma ini, selain fisik, dia juga memiliki keterbatasan finansial. Namun, saat ini ia tercatat sebagai mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).
Rahma kerap menunjukkan hadir karya luar biasanya dibidang seni rupa. Sudah banyak lukisan yang apik hasil goresan tangannya.
Terbaru, karyanya dia persembahkan untuk Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, Prof Dr Abdul Mu’ti MPd. Dia berikan langsung saat Prof Mu’ti hadir dalam acara Silaturahmi Akbar Warga Muhammadiyah dan Pelepasan Jamaah Calon Haji KBIHU di kampusnya, Minggu 20 April 2025.
Lukisan tersebut bukan sekadar simbol seni, melainkan bukti nyata semangat juang dalam keterbatasan. Kado istimewa dari mahasiswa yang beasiswa penuh hingga lulus dari UMP atas prestasi dan ketekunannya dalam berkarya.
Kepala Biro Humas dan Protokol UMP, Irfan Fatkhurohman, M.Pd., menyampaikan rasa bangga atas kehadiran dan peran Eprisa dalam setiap momentum penting kampus.
“Eprisa selalu memberi makna di setiap acara kami. Masih terasa saat pertama kali kami (UMP) menjemput Eprisa di pegunungan Banjarnegara. Di tengah keterbatasan, dia memilih untuk terus berkarya, melukis dunia dengan caranya,” kata Irfan, Selasa (22/04/2025).
Kisah inspiratif Eprisa bermula saat dirinya mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya akibat sakit yang diderita sejak beberapa tahun lalu. Namun, alih-alih tenggelam dalam keterbatasan, gadis ini justru menjadikan dunia lukis sebagai ruang berekspresi sekaligus harapan masa depan.
Melihat kegigihan dan bakat yang dimiliki Eprisa, Rektor UMP Prof. Dr. Jebul Suroso kala itu langsung mengambil inisiatif untuk memberinya beasiswa penuh.
“Anak ini berbakat dan kami tidak ingin bakatnya terkubur karena keterbatasan ekonomi atau kesehatan. Dari awal sampai wisuda, kami gratiskan,” ujar Prof. Jebul.
Karya-karya Eprisa kini tidak hanya menjadi simbol keteguhan, namun juga telah menjadi bagian dari diplomasi seni dan edukasi kampus. Kehadiran lukisannya sebagai kado untuk Menteri Abdul Mu’ti menjadi puncak dari perjalanan panjang seorang anak bangsa yang menolak menyerah.
“Rasanya senang sekali bisa memberikan karya untuk Pak Menteri. Ini bagian kecil dari rasa syukur saya atas kesempatan kuliah dan dukungan yang diberikan UMP,” kata Rahma.