Hal tersebut disampaikan Ganjar, saat menghadiri Gerakan Penanaman Pohon Bersama Masyarakat di Hulu Sungai Parat DAS Rawapening, Dusun Banyudono, Desa Gedong, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Sabtu (9/1/2021).
“Bapak ibu, sehat semua nggih? Ayo maskernya dipakai, jaga jaraknya,” ucap Ganjar.
Menurut Ganjar, tetap menanam pohon meski di tengah Pandemi COVID-19. Sebab, kegiatan ini merupakan investasi jangka panjang dalam rangka menjaga kelestarian Rawapening.
“Ini bagus. Bapak-bapak ibu-ibu, Corona masih berjalan. Bahkan terjadi peningkatan, berkali-kali pembatasan dilakukan, banyak orang di rumah, kita diminta untuk pakai masker, cuci tangan, jaga jarak. Sehingga banyak pekerjaan kemudian terlupakan,” ucap Ganjar.
Akibatnya, kata Ganjar, hal ini menyebabkan turunnya mental dan memicu stres sehingga muncul penyakit yang akhirnya berpotensi terpapar virus corona karena imun turun.
“Meski dalam konteks pandemi, jangan pernah lupa untuk selalu menanam. Waktunya menurut BMKG sampai maret, tanam sebanyak-banyaknya. karena itulah investasi jangka panjang,” ujar Ganjar.
Namun, Ganjar mengingatkan agar warga tidak panik meski dalam kondisi pandemi COVID-19 seperti ini. Justru, kegiatan penanaman harus tetap dilakukan sekaligus menjaga imun.
“Yang seperti ini dilakukan terus, yang paling penting selalu dipakai maskernya. Semoga manfaat untuk semuanya terutama untuk Rawapening yang dipenuhi gulma dan sedimentasinya terlalu parah,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu ditanam total 17.000 bibit pohon. 7.000 bibit di antaranya telah ditanam terlebih dulu, dan pada acara tadi ditanam 10.000 bibit dengan jenis bibit pohon berbuah.
Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Jateng, Widi Hartanto menambahkan, bahwa gerakan pada hari itu merupakan kelanjutan dari gerakan yang sudah digagas sejak tahun 2020. Total yang sudah ditanam 7.000 bibit pohon.
Kabupaten Semarang, kata Widi, ada sebanyak 13.999 Ha lahan dengan kategori Sangat Kritis dan Kritis. Sementara di Desa Banyubiru sendiri, terdapat 1,3 Ha lahan dengan kategori kritis dan sangat kritis.
“Tentunya ini bagian dari upaya untuk rehabilitasi dan konservasi tanah dan air untuk pengurangan erosi dan sedimentasi di hulu DAS Rawapening. Bibit pohon antara lain Durian, Mangga, Alpokat, Sengon hingga Matoa. Ini akan berkelanjutan di lahan kritis lain yang ada di Jawa Tengah,” paparnya.