SERAYUNEWS – Ritual air Tuk Sikopyah adalah tradisi unik dari Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga.
Melansir dari jatengprov.go.id, ritual mengambil air di Tuk Sikopyah ini dilakukan untuk memperingati tahun baru Hijriah.
Kendati begitu, ritual ini bukan sekadar budaya semata, melainkan untuk menanamkan cinta lingkungan dan melestarikan sumber daya alam.
Tuk Sikopyah memang menjadi air kehidupan untuk masyarakat Desa Serang, Kutabawa dan Siwarak. Bahkan, sampai dialirkan ke Kabupaten Pemalang.
Menariknya, Tuk Sikopyah merupakan salah satu mata air terbesar di lereng timur Gunung Slamet.
Biasanya, tradisi pengambilan air di Tuk Sikopyah menjadi bagian dari kegiatan Festival Gunung Slamet, event tahunan Kabupaten Purbalingga.
Usut punya usut, Tuk Sikopyah berasal dari legenda Haji Mustofa. Dia tinggal di padepokan dukuh Kaji miliki Ndara Subali.
Saat itu, Ndara Subali sangat suka bertapa di Tuk Sikopyah. Bahkan, kerap menjadi tempat mandi Haji Mustofa.
Suatu saat, peci yang Haji Mustofa gunakan ketinggalan. Namun, saat dia kembali ke tempatnya bertapa, peci itu mendadak hilang.
Oleh karena itu, Haji Mustofa memberi nama Tuk Sikopyah yang dia ambil dari bahasa Jawa, yakni berarti peci.
Melansir dari purbalinggakab.go.id, prosesi pengambilan air yang ada di Tuk Sikopyah ini harus membuat rombongan berjalan menyusuri lereng Gunung Slamet yang berjarak 2 km.
Dalam iringan tersebut, terdapat wanita yang menggunakan kain warna hijau dan pria yang mengenakan pakaian serba hitam.
Tidak hanya itu, sejumlah wanita juga terlihat membawa sesaji. Sementara itu, sisanya membawa kokok atau gelondongan bambu kecil dengan panjang 1,5 meter.
Kemudian, para pria membawa lorong atau wadah yang berisi air. Ukurannya pun lebih besar.
Nah, ketika sampai di Tuk Sikopyah, para sesepuh memimpin doa. Sementara itu, yang lain memasukkan air ke dalam lodong dan kokok.
Kini, masyarakat Desa Serang yakin jika air Tuk Sikopyah merupakan air kehidupan. Bahkan, ada yang percaya bisa meningkatkan derajat dan menyembuhkan penyakit kulit.*** (Umi Uswatun Hasanah)