SERAYUNEWS– Kediaman Anggota DPR RI Ahmad Sahroni di Tanjung Priok, Jakarta Utara, diserbu massa pada Sabtu (30/8/2025) sore. Penyerangan itu berujung pada kerusakan parah, penjarahan barang-barang mewah, hingga penyebaran uang dari brankas milik politisi yang dikenal dengan julukan “Sultan Priok”.
Melansir keterangan berbagai sumber, berikut kami sajikan ulasan selengkapnya mengenai rumah Ahmad Sahroni yang digerebek massa: jam tangan Rp11 Miliar raib, Lexus hancur, hingga brankas dijebol.
Dari video yang beredar luas, massa awalnya berkumpul di depan rumah Ahmad Sahroni. Suasana memanas membuat pagar rumah dijebol. Begitu masuk, ratusan orang menyerbu dan menjarah isi rumah.
Barang-barang rumah tangga hingga koleksi robot Iron Man raib. Sebuah mobil mewah Lexus di garasi juga hancur setelah kaca dan bodinya dirusak massa.
Lebih jauh, sebuah brankas milik Ahmad Sahroni berhasil dikeluarkan massa. Brangkas yang berisi uang rupiah dan dolar AS berhasil dijebol massa.
Usai berhasil menjebol brankas, pecahan rupiah hingga dolar disawer dan dibagikan kepada warga sekitar lokasi.
Rekaman yang memperlihatkan uang disebar dan dibagi-bagikan ke warga sekitar, menimbulkan euforia di tengah kericuhan aksi massa.
Selain itu, dalam sejumlah video yang beredar di media sosial, terlihat barang-barang berharga dijarah massa.
Mulai dari jam tangan mewah senilai Rp11 miliar, uang tunai, hingga playstation dan perlengkapan rumah tangga seperti mesin pendingin.
Koleksi mainan dan figur pun tampak berserakan di lantai, sementara mobil mewah di garasi hancur.
Sementara itu rumah kedua Ahmad Sahroni di kawasan Tanjung Priok juga menjadi sasaran amukan massa, Sabtu (30/8/2025) malam.
Pintu garasi tampak dijebol dan tujuh mobil mewah di dalamnya dirusak, termasuk sebuah Tesla yang terparkir di garasi.
Video yang beredar luas juga memperlihatkan warga mengangkut barang-barang berharga dari rumah tersebut, meninggalkan rumah dalam kondisi porak-poranda.
Pasca penyerangan, kondisi rumah Sahroni porak-poranda. Perabot terbalik, kaca pecah, dan sejumlah ruangan rusak berat. Tayangan amatir menunjukkan suasana kacau setelah massa meninggalkan lokasi.
Di media sosial, insiden ini memicu gelombang komentar warganet. Banyak yang menilai peristiwa tersebut sebagai “hukuman rakyat” terhadap pejabat, sementara sebagian lain mengecam tindakan anarkis yang melanggar hukum.
Unggahan dengan ribuan likes menampilkan beragam respons, mulai dari sindiran satir hingga sorakan dukungan.
Namun, suara kritis juga muncul, mengingatkan bahwa perusakan dan penjarahan hanya memperburuk keadaan.
Pihak kepolisian Jakarta Utara telah mengamankan lokasi. Meski begitu, hingga kini belum ada keterangan resmi terkait jumlah kerugian maupun siapa dalang di balik aksi penyerangan tersebut.
Penyelidikan tengah berjalan dengan memanfaatkan rekaman video untuk mengidentifikasi para pelaku penjarahan.
Belum ada keterangan resmi mengenai pemicu langsung amarah massa. Namun, ada beberapa faktor yang bisa memicu ledakan sosial ini:
1. Kesenjangan Sosial-Ekonomi
Ahmad Sahroni dikenal sebagai politisi di DPR RI dengan gaya hidup mewah. Julukan “Sultan Priok” muncul karena koleksi mobil sport, motor besar, hingga rumah mewah yang kerap dipamerkan.
Di sisi lain, warga masyarakat hidup dalam keterbatasan ekonomi. Kontras ini bisa memantik kecemburuan sosial.
2. Kekecewaan terhadap Elite Politik
Massa mungkin melihat Sahroni sebagai representasi elite politik yang dinilai jauh dari penderitaan rakyat. Aksi penjarahan bisa dipandang sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan.
3. Pemicu Langsung
Dugaan sementara, amarah massa bisa dipicu oleh isu politik atau komentar tertentu yang viral di media sosial. Belum ada kejelasan apakah serangan ini terorganisir atau spontan.
Ahmad Sahroni adalah Anggota DPR RI dari Fraksi Partai NasDem. Jabatannya
sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI, baru beberapa hari lalu dicopot.
Sebelum terjun ke politik, ia dikenal sebagai pengusaha sukses. Popularitasnya makin besar berkat gaya hidup glamor yang kerap dipamerkan, mulai dari mobil sport hingga motor gede koleksi pribadinya.
Insiden ini menjadi perhatian publik, bukan hanya karena kerusuhan dan kerugian material, tetapi juga karena menyentuh isu sensitif tentang kesenjangan sosial, citra pejabat, dan amarah rakyat terhadap elite politik. Polisi kini dituntut bertindak cepat agar situasi tidak makin meluas.