Banyumas, serayunews.com
Musibah itu terjadi salah satunya di masa penjajahan Belanda. Banyak orang yang meninggal karena keracunan tempe bongkrek. Masyarakat Banyumas kala itu juga menyebut tempe bongkrek dengan sebutan tempe gemblung.
Keracunan tempe bongkrek yang pertama tercatat adalah tahun 1895. Pada tahun 1902 bermacam variasi tempe bongkrek ditemukan. Masalah tempe bongkrek makin mengemuka ketika terjadi krisis ekonomi dunia pada tahun 1931-1937.
Di masa krisis itu, banyak warga Banyumas memilih membuat tempe bongkrek secara mandiri. Mereka tidak membeli tempe bongkrek pada pihak yang sudah berpengalaman membuat. Di masa krisis itulah lonjakan kasus keracunan dan kematian mencuat.
Pada tahun-tahun krisis ekonomi itu, ada 10 sampai 12 orang meninggal tiap tahunnya karena keracunan tempe bongkrek. Di masa awal abad 20 itu, pendidikan dan pengetahuan masyarakat belum seperti saat itu.
Sehingga, ada juga warga Banyumas yang menilai bahwa wabah tempe bongkrek terjadi karena hal-hal magis. Selain itu ada juga yang menilai lebih masuk akal, karena tempat pembuatan dari tembaga yang memiliki karat hijau. Karat hijau itu yang menjadi racun.
Namun, di tengah spekulasi tersebut, misteri tempe bongkrek terpecahkan. Adalah dokter Wirasmo Partaningrat yang menjadi pendobrak awal atas munculnya wabah tempe bongkrek. Sang dokter meneliti dari tahun 1933-1934.
Dalam masa penelitian itu, sang dokter mengumpulkan bahan yang diduga sebagai penyebab wabah tempe bongkrek. Bahan itu kemudian dikirimkan ke Jakarta untuk diteliti. Pada akhirnya, diketahui jika tempe bongkrek memang sangat memungkinkan memunculkan keracunan bagi pengonsumsinya. Bukan hanya keracunan, tapi juga kematian.
Alasannya adalah bahan baku tempe bongkrek, khususnya bungkil, adalah media berkembang biaknya bakteri Pseudomonas coccouenenans. Bakteri itulah yang menyebabkan keracunan dan kematian. Beberapa referensi menyebut bahwa penemu bakteri tersebut adalah duo Belanda yakni W.K Mertens dan A.G. van Veen dari Eijkman Institute Jakarta.
Terkuaknya penyebab kematian dari tempe bongkrek juga tak lepas dari munculnya rumah sakit di masa itu. Misalnya, saja adanya Rumah Sakit Zending di Purbalingga, Rumah Sakit Zending Purwokerto, Rumah Sakit Juliana Purwokerto. Rumah sakit itu telah ikut berjasa memberi pemahaman tentang penyakit. Selain itu, tentunya memicu para dokter untuk memburu penyebab adanya tempe bongkrek.
referensi:
Rifqi Ahmad Riyanto. A Short Review of Bongkrekic Acid in Food Safety Perspective
Purnawan Basundoro. Sisi Terang Kolonialisme Belanda di Banyumas