SERAYUNEWS—- Haji Agus Salim dan Buya Hamka punya adik yang memilih berbeda iman dengan sang abang.
Haji Agus Salim, yang mendapat julukan The Grand Old Man ini mempunyai adik beragama Kristen, yakni Chalid Salim. Setelah Pemberontakan PKI 1926, sang adik yang dianggap aktivis komunis itu dibuang ke Boven Digoel.
Di Digoel, Chalid yang dibesarkan secara Islam dan sempat atheis akhirnya menemukan dirinya sebagai Katolik. Dengan segala risiko dia memilih jalan sebagai pengikut Kristus. Sehari setelah Natal 1942, Pastur Mauwese membaptisnya dengan nama Ignatius Franciscus Michael Chalid Salim.
Agus Salim, yang belakangan tahu adiknya telah menjadi Katolik tak merasa sedih. Dia menganggap menjadi penganut Katolik lebih baik ketimbang jadi ateis. Agus Salim bersyukur, adiknya masih beriman kepada Tuhan.
“Aku bersyukur bahwa Anda akhirnya percaya pula kepada Tuhan. Dan pilihanmu tentu sudah menjadi takdir Illahi,” kata Agus Salim kepada Chalid
Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang terkenal sebagai Buya Hamka juga punya adik yang kemudian menganut agama Kristen. Abdul Wadud Karim Amrullah, begitu nama asli sang adik sebelum dikenal sebagai pendeta dengan nama Willy Amrull.
Sejak muda, sang adik sudah berkelana ke Eropa dan Amerika. Saat ke luar negeri pada 1947, Wadud masih beragama Islam. Di Amerika, Wadud menikahi perempuan Indo bernama Vera Ellen George yang jadi mualaf ketika mereka menikah di tahun 1970.
Perjalanan pada akhirnya membawa dia pada keyakinan agama kristen. Pendeta Gereja Baptis Gerard Pinkston membaptisnya pada Februari 1983 di Kebayoran Baru, hampir dua tahun setelah Buya Hamka meninggal dunia 24 Juli 1981.
Mungkin Anda masih ingat pada Oktober 2020, viral saudara kembar beda keyakinan. Akun instagram @info_viral.id engunggah foto keduanya dan menjadi pembicaraan saat itu.
“Kedua wanita kembar ini tumbuh dan memilih cara yang berbeda dalam hal keyakinan. Satu memilih Islam sebagai jalan hidupnya dan satunya mengabdikan diri sebagai biarawati Katolik di Konggregasi PBHK dan sekarang di Marauke, Papua” tulis @info_viral.id.
Tentu masih banyak yang hidup bersaudara beda keyakinan, bukti bahwa harmoni dalam kemajemukan adalah cetakan dasar bangsa ini. Ketika bangsa lain kembali mengeja multikulturalisme secara tergagap, kita sudah fasih menerima perbedaan.*** (O Gozali)