SERAYUNEWS – Seberapa pentingkah prosesi wisuda untuk kelulusan murid TK, SD, SMP atau SMA? Terkait prosesi wisuda ini, banyak wali murid yang mempertanyakannya dalam beberapa hari terakhir.
Belakangan memang marak lulusan TK, SD, SMP dan SMA sederajat yang harus melewati kelulusan dengan prosesi wisuda seperti pada perguruan tinggi. Termasuk di wilayah Kabupaten Banyumas, banyak orangtua murid yang mempertanyakan dan menganggap prosesi wisuda itu memberatkan.
Deddy, warga Purwokerto mengaku, tidak setuju dengan adanya prosesi wisuda murid TK, SD, SMP dan SMA. Karena menurutnya, prosesi ini cukup memberatkan orangtua siswa karena harus mengeluarkan biaya lebih.
“Harus sewa toga segala. Untuk yang SMP atau SMA malah lebih berat lagi, karena selain sewa toga juga jelas bayar make up untuk ke salon,” ujar dia, Jumat (6/6/2023).
Belum lagi kalau sekolah, menggelarnya di tempat berbeda seperti aula hotel atau restoran. Karena pembiayaannya, akan bertambah untuk menyewa tempat.
“Itu nanti biasanya masih ada biaya untuk foto, makan dan lainnya. Mungkin biayanya sampai Rp 500 ribu. Kalau yang tidak mampu bagaimana? Apalagi di sekolah negeri, banyak orangtua yang kurang mampu,” kata dia.
Dyah, warga Purwokerto yang anaknya baru lulus TK dan hendak masuk SD mengakui, pembiayaan untuk wisuda tidak sedikit. Beruntungnya, beban itu sudah mereka cicil lewat iuran setiap bulan.
“Untungnya di TK anak saya, ada dana paguyuban. Jadinya nggak perlu lagi bayar wisuda, tinggal memotong uang dari paguyuban (orang tua murid, red). Jadi setiap bulan kami membayar Rp 20 ribu,” ujarnya.
Jika tidak ada dana paguyuban, Dyah mengungkapkan bakal ada dana yang cukup besar untuk dikeluarkan.
“Kalau di TK anak saya kemarin, acaranya hanya perpisahab biasa saja dengan pentas seni. Wiisuda buat foto-foto saja jadi, nggak ada bayar-bayar lagi,” katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, Joko Wiyono mengungkapkan, wisuda bagi TK, SD, SMP di Kabupaten Banyumas sama sekali tidak wajib.
“Sebetulnya tidak ada ketentuan tentang wisuda, karena istilah itu hanya milik perguruan tinggi. Tren wisuda ini, bukan program dinas dan sekolah pun sebetulnya, hanya memfasilitasi keinginan orangtua,” kata dia.
Joko menduga, adanya tren menggelar prosesi wisuda di sekolah-sekolah tersebut mungkin karena era atau dinamika di tengah masyarakat saat ini.
“Maka saat berkumpul, para orangtua seyogyanya bijaksana,” ujarnya.