Selama pemilihan umum setelah Reformasi, Kabupaten Banyumas dikenal sebagai kandang banteng alias lumbung suara bagi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Namun, sejatinya merahnya Banyumas sudah terjadi pada pemilu pertama setelah Indonesia merdeka.
Pemilu pertama terjadi 1955. Saat itu memang belum ada PDIP atau PDI. Di masa itu adalah masa PNI. Diketahui belakangan PNI adalah bagian parpol yang berfusi menjadi PDI. Di Pemilu 1955, PNI menang telak di Kabupaten Banyumas.
Bahkan, suara PNI paling besar di Jawa Tengah terjadi di Kabupaten Banyumas. Ibaratnya Banyumas adalah daerah paling merah di Jawa Tengah pada Pemilu 1955. Pada Pemilu 1995 adalah pemilu untuk memilih anggota DPR dan konstituante.
Di Kabupaten Banyumas, PNI mendapatkan 220.079 suara untuk DPR dan 225.010 untuk konstituante. PNI menjadi partai pemenang di Kabupaten Banyumas pada Pemilu 1955. Partai kedua terbesar di Kabupaten Banyumas pada 1955 adalah Nahdlatul Ulama (NU). NU mendapatkan 77.080 suara untuk DPR dan 80.963 untuk konstituante.
Partai terbesar ketiga di Kabupaten Banyumas adalah Masyumi yang mendapatkan 43.533 suara untuk DPR dan 45.716 untuk konstituante. Partai terbesar keempat adalah PKI yang mendapatkan suara 36.185 untuk DRP dan 33.760 untuk konstituante.
Kemenangan PNI di Kabupaten Banyumas adalah kemenangan terbesar mereka di Jawa Tengah. Artinya, dari semua kabupaten atau kota di Jawa Tengah, perolehan suara terbesar PNI adalah di Kabupaten Banyumas.
Setelah Kabupaten Banyumas, lumbung suara PNI kedua adalah Kota Pekalongan. Di Kota Pekalongan, PNI mendapatkan 212.915 suara untuk DPR dan 123.427 suara untuk konstituante. Lumbung terbesar ketiga PNI di Jawa Tengah pada Pemilu 1955 adalah Kabupaten Wonogiri. Di Kabupaten Wonogiri, suara PNI untuk DPR adalah 167.467 dan suara untuk konstituante adalah 175.816.
Lumbung suara keempat PNI di Jawa Tengah adalah Kabupaten Pemalang. Di Kabupaten Pemalang, PNI mendapatkan 158.156 suara untuk DPR dan 152.335 suara untuk konstituante. Lumbung suara kelima PNI di Jawa Tengah adalah di Kabupaten Purworejo yang mendapatkan 152.358 suara untuk DPR dan mendapatkan 154.659 suara untuk konstituante.
Pertarungan di Pemilu 1955 memang sengit. Empat besar parpol saling menyerang. Masyumi misalnya, diserang karena ditengarai akan membangun negara Islam. PKI diserang karena mereka bermasalah pada tahun 1948 dan dinilai mengusung ide internasional dan tidak cinta tanah air. Pertarungan paling tajam memang antara kubu Islam melawan nasionalis atau komunis.
Pada Pemilu 1955, PNI mampu menang di Jawa Tengah, disusul PKI, NU, dan Masyumi. Pemilu 1955 adalah yang pertama dilakukan Indonesia. Setelah 1955, pemilu selanjutnya adalah pada 1971.
Referensi
Tsabit Azinar Ahmad, Kampanye dan Pertarungan Politik di Jawa Tengah Menjelang Pemilihan Umum 1955
Antara, 25 Desember 1955