Purbalingga, serayunews.com
Pameran diinisiasi oleh Dewan Kesenian Purbalingga (DKP). Digelar secara hybrid atau memadukan daring dan luring. Seluruh peserta merupakan perupa asal Purbalingga. Menampilkan beragam karya-karya idealis yang jarang ditampilkan di depan publik.
“Dari hasil silaturrahmi dengan sejumlah perupa beberapa waktu lalu, ada temuan menarik. Ternyata perupa Purbalingga memiliki karya-karya yang unik dan bisa dibilang jarang ditampilkan di ruang publik seperti pameran, baik di daerah sendiri maupun di luar kota,” kata Ketua DKP, Bowo Leksono, Rabu (03/11/2021) petang.
Bowo menjelaskan, keunikan karya itu antara lain terletak pada aliran yang diusung. Mulai dari absurd, abstrak, naif, surealis, ekspresionisme dan karya yang terinspirasi dari motif batik. Aliran-aliran itu seolah menabrak arus yang lebih sering muncul di Purbalingga seperti realis, naturalis dan dekoratif.
“Ada juga sejumlah karya yang menampilkan ekspresi kegelisahan, kematangan, imajinatif serta identitas budaya,” ujarnya.
Bowo menjelaskan, selama pameran, setiap harinya akan diisi dengan berbagai kegiatan. Saat pembukaan akan ditampilakm pementasan monolog “Buang Kala” karya Trisnanto Budidoyo. Hari kedua, penikmat seni dan masyarakat diajak untuk berdialog dalam Bincang Seni#1: Mencipta Pasar Seni Rupa.
Pada hari ketiga, pameran diisi dengan pentas seni tradisi Dhaeng Tri Budaya Sekar Arum dari Desa Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon, dan Lengger Mekar Sari dari Desa Wirasaba, Kecamatan Bukateja. Hari keempat, pada jam yang sama, diisi pentas seni tradisi Ndolalak dari Desa Bandingan, Kecamatan Kejobong, dan Lengger Jati Kesuma, Desa Larangan, Kecamatan Pengadegan.
Bagi penikmat seni yang ingin menyaksikan secara daring, disediakan live streaming melalui kanal YouTube Misbar Purbalingga.
Kurator pameran “Kluruk!”, Nugroho Pandhu mengatakan, tema pameran ini dipilih untuk membangkitkan semangat perupa di Kota Perwira untuk lebih berani berkarya. Kemunculan karya idealis juga diharapkan membuka wacana, ruang diskusi, bahkan menciptakan pasar baru.
“Kluruk, cukup luas maknanya. Tidak hanya pesan untuk ‘ayo bangun’ dan berkarya, tapi lebih mengarah sebagai ajakan untuk menggeluti kehidupan sebagai seniman dengan karya-karya yang lebih berani,” jelasnya.
Adapun perupa yang terlibat dalam pameran ini di antaranya Agus Winarto, Andi Wahyudi, Andriyanto, Bagus Firmansyah, Bayu Prasetyo Aji, Chune Ebeg Mayong, Djentot Subechi, Hamdi, Kurniawan Dwi Hastanto, Lujeng Ismail, Muhammad Sutarmo, Nur Agustus, Pramono Endar, Suratno Amru, Trisnanto Budidoyo, Ugo Untoro dan Wendro Tanjung.