SERAYUNEWS – Sendratari yang membawakan cerita legenda Jawa ‘Jaka Tarub dan Nawangwulan’, tampil di ketinggian sekitar 900 meter di atas permukaan laut (MDPL) lereng Gunung Slamet, Selasa (31/12/2024) malam. Pementasan tersebut merupakan suguhan dari Manajemen Safari See To Sky, kepada pengunjung pada malam pergantian tahun.
Tampil di atas panggung terbuka, para penari lenggak-lenggok diiringi tetesan rintik hujan. Desir angin menambah dingin udara di kaki Gunung Slamet malam itu. Tapi penari tetep menampilkan gerakan seolah menyatu dengan alam.
Hutan, hujan, dan dingin semakin memperkuat cerita Jaka Tarub dan Nawang Wulan. Tatanan lighting yang menawan menghadirkan pendaran cahaya warna-warni. Sesekali berkabut, semakin memberikan kesan eksotik pada panggung. Penonton yang datang tidak hanya dari Purwokerto saja dibuat terpukau.
Cerita legenda Jaka Tarub dan Nawang Wulan merupakan cerita yang terkenal di Jawa. Menceritakan satu di antara tujuh putri yang sedang bermandikan di sungai di tengah hutan. Namun dia tidak bisa kembali ke khayangan jika tanpa selendang.
Padahal selendang itu di curi oleh Jaka Tarub yang tak sengaja mengintip tujuh putri saat mandi di kali. Namun, Jaka berpura-pura baik dengan mengajak tinggal di rumahnya. Singkat cerita menikahlah mereka sampai memiliki seorang anak perempuan.
Nawang Wulan Nawangwulan memiliki kesaktian, yakni hanya membutuhkan sebutir beras untuk menanak nasi untuk keperluan makan mereka. Hal itu sangat dirahasiakan dan mewanti-wanti suaminya untuk tidak menceritakan ke siapa pun.
Jaka Tarub memang tidak menceritakannya kepada siapapun, tetapi karena penasaran ia membuka periuk saat beras ditanak. Akibatnya Nawangwulan kehilangan kesaktiannya. Sejak itu untuk memenuhi kebutuhannya, Nawangwulan menanak nasi seperti wanita biasa, tidak bisa lagi dengan hanya satu butir beras.
Oleh karena itu, persediaan padi di lumbung cepat habis. Sialnya, karena padi di lumbung terus diambil, maka Nawangwulan menemukan selendangnya yang disembunyikan Jaka Tarub di bawah tumpukan padi di dalam lumbung.
Perwakilan Manajemen Safary See To Sky Slamet Prayitno menyampaikan, ingin menyuguhkan pesta perayaan malam tahun baru yang sedikit berbeda dari biasanya. Di kala kebanyakan dengan suasana pesta penuh euforia, di Safari See To Sky ingin mengkolaborasikan nuansa Jawa atau Banyumasan.
“Setidaknya bisa untuk tetep menjaga ke Banyumasannya atau kejawaanya. Dengan kemasan yang moderen, bisa menjadi inovasi dalam menjaga tradisi atau budaya,” katanya.
Para penampil pada acara tersebut merupakan kolaborasi sejumlah kelompok pegiat seni dan budaya di Banyumas. Diantaranya adalah paguyuban Kakang Mbekayu Banyumas, dan anggota sanggar tari di Banyumas.
“Jadi berupaya untuk menjadi wadah para generasi muda yang bergelut di seni dan budaya, tak menutup kemungkinan diintegrasikan dengan pelaku industri kreatif lainnya,” ujarnya.
Sebagai informasi, Safary See To Sky merupakan sebuah destinasi wisata di Kabupaten Banyumas. Lokasinya berada di tengah hutan, antara Baturraden dan Serang Purbalingga. Selain ada resto disini juga menawarkan beragam kegiatan outdoor, dengan pemandangan yang cukup menawan.