SERAYUNEWS – Serangan fajar termasuk salah satu cara yang oknum pilih guna menarik simpati atau suara rakyat untuk memenangkan kontestasi tahun 2024.
Menjelang pemungutan suara Pemilu 2024 yang berlangsung hari ini, Rabu (14/02/2024), banyak masyarakat yang mengaku mendapatkannya dari para kontestan.
Biasanya, serangan ini menyasar ke perorangan dalam bentuk amplop dengan nominal yang berbeda-beda.
Hal itu terjadi pada warga Desa Banjaran, Bojongsari, Purbalingga, Saimah (40). Dia mengaku dapat tawaran serangan fajar dari salah satu calon legislatif (caleg) fraksi PDIP.
“Aku ditawari, intinya ini sudah keluar (serangan fajar), kamu mau?” kata Saimah dalam bahasa Jawa saat ditemui awak Serayu News di rumahnya pada Rabu, (14/02/2024).
Lebih lanjut, Saimah mengaku amplop yang caleg tawarkan tersebut berisi Rp50 ribu per orang, dengan syarat harus menyerahkan foto Kartu Keluarga.
Namun, merasa tidak sesuai dengan hati nurani, Saimah memutuskan untuk menolak serangan fajar tersebut.
“Iya, intinya nggak mau menerima sogokan, mau bebas, sesuai hati nurani,” pungkasnya.
Bernada sama, warga Desa Banjaran, Bojongsari, Purbalingga, Yuliati (43) juga mengaku mendapatkan serangan fajar dari caleg berbagai partai.
“Kemarin, sih, waktu itu dari PPP, terus aku menolak, aku bilang enggak pernah terima duit,” kata Yuliati dengan tegas.
Tidak menyerah, sosok yang menawarkan tersebut sampai meminta Yuliati untuk memasukkan amplopnya ke masjid.
“Iya sudah, uangnya dimasukkan ke masjid, nanti kamu nyoblosnya PPP,” terang Yuliati mengikuti ucapan orang yang menawarkan itu.
Kendati begitu, Yuliati kekeh untuk menolaknya. Dia mengatakan ingin mengikuti suami dan memilih sesuai hati nurani.
“Enggak lah, aku mau nurut suami saja,” katanya.
Tidak hanya dari PPP, Yuliati juga mengaku dapat tawaran amplop dari Partai Golkar, dengan nominal Rp100 ribu per orang.
Bahkan, Yuliati mengatakan ada tetangga menawarkan amplop yang tidak tahu asalnya dari mana.
Meski banyak yang tawaran yang datang, Yuliati tidak tergoda untuk menerimanya. Dia bahkan akan tetap memilih, kendati tidak ada amplop untuknya.
“Memang sama anak perempuanku tidak boleh, dari dulu juga aku tidak biasa menerima amplop. Meski tidak ada amplopnya, aku tetap milih,” pungkasnya.***