SERAYUNEWS- Untuk pertama kalinya dalam sejarah, para ilmuwan berhasil menghidupkan kembali spesies yang telah punah selama ribuan tahun.
Melalui teknologi rekayasa genetika, tiga anak serigala purba (dire wolf) berhasil dilahirkan. Ini menandai pencapaian besar dalam dunia bioteknologi dan upaya pelestarian spesies.
Colossal Biosciences adalah perusahaan bioteknologi yang sebelumnya terkenal karena proyek ambisius menghidupkan kembali mammoth berbulu. Mereka menyebut keberhasilan ini sebagai de-extinction pertama di dunia.
Pada 8 April 2025, Colossal mengumumkan bahwa mereka telah menggunakan teknik kloning dan pengeditan gen berbasis dua sampel DNA kuno serigala ganas untuk menghasilkan tiga anak serigala.
Ketiganya terdiri dari dua jantan berusia enam bulan yang bernama Romulus dan Remus, serta satu betina berusia dua bulan bernama Khaleesi.
Serigala dire memiliki ukuran hampir setara dengan serigala abu-abu modern terbesar. Namun, tubuhnya lebih berotot dan berat berkisar antara 60 hingga 68 kilogram.
Meski panjang tubuhnya serupa, serigala dire memiliki kaki lebih pendek dan kepala lebih besar, sehingga kemungkinan besar mereka bukan pelari yang lincah.
Struktur gigi dan rahang yang kuat menunjukkan kemampuan untuk menghancurkan tulang. Ini menandakan bahwa mereka memangsa hewan besar seperti bison, kuda, mastodon, dan unta.
Hasil analisis DNA pada tahun 2021 mengungkapkan bahwa serigala dire merupakan cabang evolusi yang sangat berbeda dari jenis canid lain yang mirip serigala dan masih ada saat ini.
Oleh karena itu, mereka kini lebih umum diklasifikasikan dalam genus Aenocyon, yang dalam bahasa Yunani Kuno berarti “serigala yang mengerikan”.
Kepunahan mereka sekitar 10.000 tahun yang lalu kemungkinan karena gabungan berbagai faktor.
Faktor tersebut termasuk perubahan iklim, hilangnya mangsa utama, kompetisi dengan predator lain, atau mungkin karena perburuan oleh manusia.
Proses membangkitkan kembali serigala purba ini menyerupai teknik kloning untuk menciptakan domba Dolly pada tahun 1996.
Namun, karena serigala purba telah lama punah, tidak mungkin mendapatkan sel hidup dari spesies tersebut.
Sebagai gantinya, para ilmuwan merekonstruksi genom serigala purba dengan membandingkan DNA fosil dengan DNA kerabat dekatnya, seperti serigala abu-abu, rubah, dan serigala emas.
Melalui analisis tersebut, tim dari Colossal mengidentifikasi 20 perbedaan penting dalam 14 gen yang membedakan serigala purba.
Perbedaan tersebut adalah ukuran tubuh lebih besar, bulu putih, gigi besar, serta suara lolongan lebih dalam.
Tim kemudian mengedit gen-gen ini ke dalam sel darah serigala abu-abu modern menggunakan teknologi CRISPR.
Setelah proses penyuntingan selesai, inti dari sel serigala purba ini tim pindahkan ke dalam sel telur serigala abu-abu yang telah hilang inti aslinya.
Sel telur tersebut berkembang menjadi embrio di laboratorium. Lalu, tim menanamnya ke dalam rahim anjing domestic yang secara ilmiah merupakan subspesies dari serigala abu-abu.
Kelahiran tiga anak serigala purba ini menandai berawalnya era baru dalam bidang bioteknologi, di mana kepunahan tak lagi menjadi batas akhir.
Proyek ini menjadi bukti nyata bahwa kemajuan ilmiah dapat membuka peluang baru untuk pelestarian keanekaragaman hayati di bumi.
Seiring perkembangan teknologi, bukan tidak mungkin lebih banyak spesies kuno akan hadir kembali di masa depan.***