Selain minta maaf, penyemprotan cabai yang dilakukan warganya berinisial BN adalah yang terakhir. Panut meyakinkan saat ini tidak ada produk serupa dari desanya.
“Saya mewakili masyarakat saya dan Temanggung mohon maaf. Terutama kepada masyarakat Banyumas, Bupati dan Pemerintahan Kabupaten Banyumas. Jangan khawatir jangan takut sekarang dijamin aman,” ujar dia saat mengunjungi Balai Wartawan Banyumas, Senin (4/1/2021).
Panut menambahkan, atas kejadian tersebut harga cabai di desanya mengalami penurunan cukup drastis. Karena banyak tengkulak maupun konsumen yang khawatir.
“Sempat drop harganya selama dua hari. Bahkan sampai turun Rp 12 ribu, itu khusus cabai rawit merah. Itu membuat para petani merasa resah,” ujarnya.
Pasalnya desanya merupakan salah satu sentra pertanian cabai di Kabupaten Temanggung.
“Ada lebih dari 100 petani di tempat kami. Mereka khawatir saat berita itu muncul. Bahkan banyak tengkulak yang enggan mengambil cabai dari petani karena takut nggak laku. Akhirnya selama dua hari itu harganya turun drastis. Kalau sekarang sudah kembali normal,” kata dia.
Sekali lagi, dirinya memastikan bahwa produk cabai rawit daerahnya dijamin aman. Dengan pengecekan secara ketat oleh pihaknya.
“Waktu kemarin pun si BN (tersangka, red) hanya mengecat tidak banyak sekitar 6 kilogram cabai rawitnya,” ujarnya.
Terkait motif yang dilakukan oleh BN, Kades merasa terkejut sekaligus heran. Jika karena tuntutan perekonomian, BN merupakan petani yang memiliki banyak pohon cabai dan hampir setiap bulannya memanen cabai.
“Itu saya kira agak depresi ya. Karena dulu sempat ada permasalah pribadi, gagal nikah. Kemudian dia orangnya memang lugu, bahkan saat muncul beritanya dia langsung bilang itu cabainya dia,” katanya.