SERAYUNEWS- Tahukah Anda? Styrofoam dikenal membutuhkan waktu 500 ribu hingga 1 juta tahun untuk terurai secara alami.
Styrofoam yang bisa menjadi bungkus makanan cepat saji ini juga menghasilkan mikroplastik yang mencemari lingkungan.
Kemudian, apakah ada alternatif pengganti styrofoam? Simak dalam artikel ini.
Ada sebuah terobosan inovasi oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Penalaran dan Riset (UKMPR) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto. Namanya Biofoam Pinapier.
Mereka merancangnya sebagai alternatif ramah lingkungan untuk menggantikan penggunaan styrofoam. Selanjutnya, mereka menggunakan pelepah pisang yang masih menjadi limbah pertanian melimpah.
Pelepah pisang kaya akan serat kasar, selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang menunjang sifat mekanis biofoam. UKMPR Unsoed telah mempresentasikan hasil risetnya pada Sabtu, 21 Desember 2024.
Acara ini menjadi puncak dari rangkaian kegiatan riset oleh Tim Riset UKMPR. Kegiatan tersebut terselenggara secara terbuka untuk umum melalui Zoom Meeting dan mencakup pembahasan mengenai konsep riset, timeline, serta hasil pelaksanaannya.
Tim Riset UKMPR terdiri dari Na’ilul Husna, Diana Wahyu R, dan Intan Hasna FM, bekerja di bawah bimbingan Dian Novitasari. Penelitian ini berlangsung dari Oktober hingga Desember 2024 di Laboratorium Kimia Fisik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA).
Tim berhasil menciptakan produk inovasi bernama Biofoam Pinapier, sebuah biodegradable foam berbahan dasar serat pelepah pisang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh bagian-bagian pelepah pisang dan konsentrasi gliserol terhadap karakteristik fisik biofoam.
“Biofoam Pinapier merupakan alternatif ramah lingkungan untuk menggantikan penggunaan styrofoam. Styrofoam butuh waktu 500 ribu hingga 1 juta tahun untuk terurai secara alami, sekaligus menghasilkan mikroplastik yang mencemari lingkungan,” jelas Fajar Fatkhurrahman, Presiden UKMPR dalam keterangannya, Senin (23/12/2024).
Pelepah pisang terdiri dari beberapa bagian, yaitu bagian inti dan bagian luar, yang memiliki kandungan berbeda. Penelitian ini membandingkan karakteristik fisik biofoam yang dihasilkan dari masing-masing bagian serta campurannya (luar:inti = 1:1).
Penambahan gliserol sebagai plasticizer juga diuji untuk meningkatkan elastisitas dan kekuatan tarik biofoam. Hingga saat ini, belum banyak penelitian yang membahas efek konsentrasi gliserol pada sifat fisik biofoam berbahan serat pelepah pisang, sehingga riset ini memberikan kontribusi signifikan dalam bidang tersebut.
Proses pembuatan Biofoam Pinapier melibatkan beberapa tahap. Pertama, serat pelepah pisang diperoleh melalui proses penghalusan, pemasakan dalam larutan NaOH, dan pengeringan hingga menghasilkan serat kering dan halus.
Kemudian, bahan-bahan dicampur, dicetak, dan dipanggang pada suhu 150°C selama 30 menit. Produk yang dihasilkan diuji melalui berbagai metode, termasuk uji kebocoran, daya serap, dan biodegradabilitas.
Fajar menyampaikan harapannya agar kegiatan riset ini dapat memotivasi anggota UKMPR secara khusus dan mahasiswa Unsoed secara umum untuk meningkatkan kemampuan analitis dan berpikir kritis, terutama dalam isu-isu lingkungan.
Produk Biofoam Pinapier tidak hanya menjadi solusi inovatif dalam pengelolaan limbah pertanian, tetapi juga menunjukkan potensi besar dalam pengembangan produk ramah lingkungan di masa depan.***