SERAYUNEWS – Sejak Kamis 19 Oktober 2023 lalu, status Gunung Slamet naik dari level I (normal) ke level II (waspada). Kondisi itu masih bertahan sampai saat ini, Senin 30 Oktober 2023.
Namun demikian, masyarakat lereng selatan gunung tertinggi di Jateng ini, tetap beraktivitas seperti biasanya.
Bahkan, berita tentang kondisi Gunung Slamet waspada sudah tak lagi menjadi perbincangan. Masyarakat kawasan Baturraden, sudah menganggap hal biasa ketika gunung dengan ketinggian 3428 mdpl itu ‘batuk-batuk’.
Karsito, warga Desa Karangsalam Kecamatan Baturraden mengatakan, dia sempat dengar bahwa Gunung Slamet statusnya jadi waspada. Namun hal itu tidak terlalu dia pusingkan, setiap hari dia pergi ke sawah yang berada di lereng Gunung Slamet.
“Iya, katanya naik level jadi level II. Tapi ya gapapa, sudah biasa, insya Allah aman,” katanya, Senin (30/10/2023) siang.
Senada dengan Narsim, petani di kaki Gunung Slamet, mengaku tidak terlalu mengkhawatirkan status itu. Karena mereka yang sudah hidup berpuluh tahun di sini, sudah sering mengalami.
“Tidak ada apa-apa, itu sudah biasa. Beberapa tahun sekali seperti itu (batuk, red) apalagi kalau mau ada Pemilu. Insya Allah, selamet,” kata Narsim.
Kepala Pelaksana BPBD Banyumas, Budi Nugroho menyampaikan, bahwa status Gunung Slamet masih level II. Namun, berdasarkan pemantauan PVMBG Pos Pengamatan Gunungapi Slamet, sudah ada penurunan aktivitas.
Periode pengamatan pada 29-10-2023 00:00-24:00 WIB, hanya ada gempa Tremor Menerus (Microtremor), terekam dengan amplitudo 0.5-6 mm (dominan 2 mm).
Sebelumnya, selain Tremor Menerus, ada juga gempa Tremor Harmonik jumlah 7,Amplitudo : 4-8 mm, Durasi : 52-448 detik. Gempa Tektonik Jauh, jumlah 1 kali, dengan kekuatan Amplitudo : 4 mm, S-P : 17.4 detik, Durasi : 73 detik.
“Kalau statusnya sampai hari ini masih level II (waspada),” kata Budi.