Semua nampak bergairah pada pagi itu, Jumat (08/01/2021). Sekitar 500 orang itu mayoritas petani. Mereka tengah bersiap untuk turun dan menyusuri aliran sungai kecil yang melintas di antara pesawahan desa setempat. Membersihkan segala material yang dirasa mengganggu kelancaran aliran irigasi. Aktivitas itu mereka namai “Susuk Wangan”.
“Pembersihan saluran irigasi dari endapan lumpur, batu-batuan atau material lainnya seperti kayu, plastik dan lain-lain yang terbawa air,” kata Kepala Desa Grantung, Karyono.
Menginjak tanah yang sama, bernaung pada langit yang sama, dan bergantung pada aliran air yang sama pula. Sadar akan hal itu, mereka bersama-sama mempersiapkan irigasi, memastikan semua bisa lancar. Dengan semangat gotong royong, mereka susuri saluran irigasi ini mempunyai panjang sekitar 1.200 meter.
“Panjang 1200 meter ini mengairi sawah kurang lebih sekitar 126 hektar. Kegiatan ini sendiri diikuti kurang lebih 500 warga Grantung,” ujarnya.
Sejak 2 tahun kepemimpinan Karyono, ada berbagai kegiatan yang dilakukan untuk menggenjot agar produksi pertanian meningkat. Di antaranya, melakukan pemburuan babi hutan, gropyokan tikus serta perbaikan saluran irigasi.
“Sebanyak 90 persen sawah ditanami dengan padi sisanya untuk perikanan dan tanaman hortikultura lainnya,” kata dia.
Karyono menyebut, pada sektor pertanian, setidaknya ada lima hal yang jadi prioritas untuk diperhatikan. Ketersediaan pupuk, pengairan, penanaman serempak, pengadaan peralatan dan pemberantasan hama. Apabila kelima permasalahan dapat diatasi dengan baik maka panen bisa meningkatkan.
”Kami mempunyai target satu hektar lahan bisa menghasilkan padi kurang lebih 5-6 ton,” tuturnya.
Tentunya, untuk mewujudkan hal itu tidak bisa sendirian. Pemdes Grantung memohon dukungan dari Pemkab Purbalingga. Khususnya untuk perbaikan saluran irigasi, yang ambrol pada tahun 2019 yang sampai sekarang belum diperbaiki. Sementara Pemdes setempat melakukan swadaya untuk membuat bronjong yang terbuat dari bambu.
“Dan kami telah melakukan pembersihan saluran irigasi dari material banjir yang menutupi saluran kurang lebih dengan kedalaman 1,5 meter,” kata Karyono.
Selain pembersihan saluran irigasi, Karyono juga melakukan penghijauan, di sekitar tangkapan air. Sejumlah jenis tanaman yang ditanam seperti pohon Trembesi, Flamboyan, Loa, Kamboja dan Cemara. Pembibitan dilakukan secara mandiri maupun pemberian dari dinas terkait.
“Ada kurang lebih 50 pohon Loa yang telah ditanam disekitar tangkapan air,” imbuhnya.
Pohon Loa menurut Karyono secara pengakaran lebih baik dibandingkan pohon beringin. Selain rimbun akar pohon Loa lebih kuat dibandingkan penggunaan bronjong sebagai pengaman daerah aliran sungai (DAS).
”Tahun lalu kami mendapatkan bibit pohon sebanyak 200 batang, yang telah kami tanam di seluruh lahan di desa Grantung,” pungkas Karyono.