Sumarni warga Desa Cibangkong mengaku bagian belakang rumahnya terdampak tanah gerak. Bahkan mengalami amblas hingga kedalaman 30 sentimeter.
“Dinding rumah saya retak banyak sekali. Beberapa tiang penyangga rumah juga amblas, kami takut akan roboh rumahnya,” ujar dia.
Karena rasa takut tersebut, Marni pun mengungsikan orangtuanya bersama satu anaknya yang paling kecil ke rumah saudaranya yang dianggapnya lebih aman.
“Saya sama ketika anak saya yang lain masih di rumah ini. Meskipun kami kahwatir kalau hujan deras bisa roboh rumah ini. Saya tidak tahu berapa lama rumah ini bisa bertahan lagi,” katanya.
Sementara itu menurut seorang warga lainnya, Kamsum, kejadian tanah bergerak memang sering terjadi di wilayahnya bahkan sejak tahun 2005 lalu. Namun, pada awal bulan Desember tahun ini, hujan deras terus mengguyur sehingga menyebabkan kembalinya tanah bergerak dengan intensitas yang lebih tinggi.
“Fondasi rumah saya amblas sudah masuk ke dalam tanah sekitar 20 centimetet. Tembok samping rumah kanan kiri sudah retak-retak,” kata dia.
Perangkat desa setempat, Sujito mengaku dari pendataan pihaknya, dari fenomena tanah bergerak itu ada 40 rumah terdampak dan 210 terancam. Sedangkan rumah yang mengalami kerusakan cukup parah ada tiga rumah di Dusun Gadusari.
“Sudah tidak bisa dihuni lagi. Kami mengimbau kepada agar lebih berhati-hati lagi saat hujan,” ujarnya.