SERAYUNEWS – Bagi warga sekitaran Banyumas, wisata telaga Kumpe pasti sudah tidak asing lagi.
Terletak di Dusun III Grumbul Pesawahan, Gununglurah, Cilongok, Kabupaten Banyumas, telaga ini berjarak sekitar 18 kilometer dari pusat kota Purwokerto.
Selain suasana asri nan indahnya, yang menarik adalah mitos di balik telaga Kumpe itu sendiri.
Mulai dari nama yang berasal dari tanaman langka hingga petilasan tokoh keagamaan menjadi nilai historis tersendiri dari telaga Kumpe.
Melansir keterangan Kepala Dusun (Kadus) I Desa Gununglurah Warsito,nama telaga Kumpe berasal dari leluhur masyarakat yang tinggal di sekitar telaga tersebut.
“Kumpe” merujuk pada tumbuhan yang menurut warga sekitar masih ada di tengah telaga.
Karena tanaman tersebut dahulunya berada di tengah-tengah telaga, akar tanaman tersebut selalu terendam air.
Dalam bahasa Jawa artinya dikungkum (rendam) dan tangkai hingga daunnya selalu terpapar sinar matahari langsung atau di-pe (jemur).
Dari keterangan tersebutlah tercipta nama telaga “Kumpe” gabungan kata dari bahasa Jawa “di-Kum lan di-pe”.
Mitos Petilasan di Telaga Kumpe
Tidak berhenti di tanaman Kumpe, Kadus Gununglurah juga menuturkan bahwa ada kisah turun-temurun dari masyarakat sekitar.
Hall itu tentang adanya beberapa makam petilasan dari tokoh agama terdahulu di daerah tersebut.
Meskipun beberapa sudah hilang makamnya namun beberapa masih ada.
Petilasan tersebut salah satunya yaitu Mbah Sapu Jagad di Bukit Krangenana, petilasan Tabat Waru yang diyakini sebagai penjaga telaga Kumpe.
Serta, petilasan Telaga Nangka, Rantansari, dan Watu Rajut makam dari Kiai yang masih belum tahu identitasnya.
Sebagai catatan, bagi kamu yang penasaran untuk berwisata alam ataupun sejarah ke telaga Kumpe, wajib menggunakan kendaraan dengan kondisi prima.
Dengan jarak tempuh sekitar 40-50 menit dari pusat kota Purwokerto, medan jalan yang cukup terjal.
Telaga Kumpe bisa kamu datangi hanya dengan tiket masuk 10-15 ribu rupiah saja.***