SERAYUNEWS—- Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra resmi mengusung Ahmad Riza dan Marshel Widianto di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Tangerang Selatan 2024 pada November mendatang.
Keputusan Gerindra mencalonkan Marshel Widianto berbuah hujatan dan kritikan dari masyarakat hingga rekan selebritas.
Ada Pandji Pragiwaksono yang memberikan kritik. Marshel dia anggap tidak layak untuk meramaikan kontestasi tersebut.
Menurut Pandji, sebelum seseorang menjabat sebagai Walikota atau yang setingkat biasanya sudah melewati berbagai proses dari belajar tata kota hingga ilmu sosial.
“Tiba-tiba ada Marshel Widianto, abangku respect. Ngapain menurut lu, nggak pantes lah. Kalau gue jadi Walikota di kota lain tersinggung gue,” ujar Pandji mengawali kritiknya dalam podcast Deddy Corbuzier di Youtube yang diunggah pada Selasa, 2 Juli 2024.
Namun, Pandji tidak menganggap yang salah adalah partai pengusungnya, bukan Marshel. Pandji dengan berani mempertanyakan keputusan tersebut kepada Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Kemudian, Pandji mempertanyakan dasar keputusan politik partai karena Marshel katanya berwawasan luas. Menurutnya, Susan Bachtiar juga memiliki wawasan yang luas karena pernah jadi pembawa acara Galileo Galilei.
Pengamat politik Rocky Gerung seolah mengamini pernyatan Pandji pada bagian kesalahan partai mengusung Marshel.
Menurutnya ini karena parpol tak punya kader sehingga mesti outsource untuk menyewa artis demi menaikkan popularitas.
Rocky tak ingin artis yang tak punya kapasitas ideologi terjun ke dunia politik hanya karena kemampuan akting di depan kamera.
“Lah di kita, bukan kita merendahkan. Tapi, kapasitas ideologi dari seorang itu tidak berbunyi tapi yang berbunyi adalah akting dia di depan kamera,” kata Rocky dalam kanal YouTubenya.
Dia khawatir jika artis tak mumpuni tetap masuk bursa pencalonan, maka hanya sekadar menghipnosis publik dengan penampilannya. Kata dia, seorang yang masuk pencalonan mesti bisa berpikir kebijakan publik dalam regulasi.
Dia menjelaskan, mestinya parpol mencalonkan artis yang sudah manjalani proses penggemblengan lama sebagai kader. Bukan sebaliknya, setelah mencalonkan baru mereka didik.
“Tapi dibilang partai nanti setelah ini kita didik. Bukan begitu caranya. Setelah dididik baru mulai mencalonkan. Bukan setelah mencalonkan baru dididik. Itu kan konyol namanya,” tuturnya.***(O Gozali)