Endang Dwianti menyampaikan, pentas kali ini dimainkan oleh Rahayu Retno Asih, Imelda Asyifa Putri, Galuh, dan Dias Adiyatma. Selama penampilannya, pentas menggunakan bahasa Jawa dialek Banyumasan.
“Cukup puas, selama penampilan berjalan lancar, di sini saya sangat banyak belajar,” kata Endang.
Endang mengatakan, judul tersebut menceritakan tentang penyebaran agama Islam di Purbalingga. Tokoh itu namanya Ahmad dan Muhammad dan kedua pengikutnya, Bangas dan Bangis. Aktivitas penyebaran agama Islam itu diketahui oleh kerajaan Majapahit. Dari Majapahit kemudian mengutus mengutus Ki Sutaraga untuk membunuh Ahmad Muhammad dan pengikutnya.
“Hingga suatu saat Ki Sutaraga bertemu dengan Ahmad dan Muhammad yang menyamar sebagai petani. Keduanya mengatakan bahwa Ahmad dan Muhammad masuk ke jurang dan mati dimakan harimau,” kata Endang.
Selanjutnya, Ki Sutaraga pun gembira mendengar kabar tersebut dan memberikan pengumuman kepada khalayak bila Ahmad dan Muhammad telah mati. Pengikut Ahmad Muhammad, Bagas dan Bangis tidak percaya kalau majikannya telah mati. Keduanya lalu menantang Ki Sutaraga. Karena tidak mau melawan, Ki Sutaraga malah mengutuk keduanya menjadi warak atau badak.
Pengurus Katasapa, Trisnanto Budidoyo mengatakan, pentas itu adalah hasil peserta workshop teater yang digelar oleh Katasapa Purbalingga atas dukungan program Fasilitasi Bidang Kebudayaan Kemendikbud RI.
“Dukungan dari Kemendikbud sangat terasa manfaatnya. Sehingga di masa pandemi, kami masih tetap bisa berkarya, ini juga upaya untuk terus mengembangkan seni teater di Purbalingga,” kata dia.