SERAYUNEWS – Kesenian Krumpyung Purbalingga, telah mendapat label Warisan Budaya Tak Beda. Sayangnya, kesenian asli Purbalingga ini terancam punah karena tak ada regenerasi.
Debora Vivi Martining Astuti, dari sanggar aksara gemilang Yogyakarta menyampaikan, banyak dari jenis kesenian asli Purbalingga yang tidak ada regenerasi dengan baik. Sehingga terancam punah dan tidak akan di ketahui oleh generasi muda.
“Minat generasi muda terhadap kesenian, termasuk kesenian Krumpyung ini perlu mendapat perhatian agar tetap lestari,” katanya, saat pementasan kesenian Krumpyung, di GOR Mahesa Jenar Purbalingga, Minggu (09/07/2023).
Debora menyampaikan, dia bersama tim melakukan observasi tentang kesenian Krumpyung selama kurang lebih setahun. Kemudian dia dokumentasikan, supaya bisa menceritakannya secara menarik melalui buku dan film dokumenter.
“Kesenian Krumpyung Purbalingga ini di anugerahi Warisan Budaya Tak Benda dari pemerintah RI tahun 2021. Tidak mudah untuk meraih ini,” ujarnya.
Syarat agar sebuah kesenian di akui sebagai Warisan Budaya Tak Benda, cukup rumit. Pertama, minimal kesenian itu telah di kenal setidaknya dua generasi atau 50 tahun dan bisa di buktikan. Kedua, kesenian itu harus memiliki maestro. Kebetulan, Krumpyung saat ini memiliki maestro bernama Is Sulemi.
“Jika ada kesenian lain di Purbalingga yang memenuhi kriteria di atas, bisa untuk di ajukan menjadi Warisan Budaya Tak Benda,” katanya.
Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Purbalingga, Wasis Andrianto mengatakan, kesenian Krumpyung asli Purbalingga tepatnya dari Desa Langgar, Kecamatan Kejobong.
Kesenian Krumpyung jika tidak di ikuti secara seksama, maka tidak bisa membedakannya dengan calung dan sejenisnya. Cara memainkan dan menyajikannya, membutuhkan teknik sendiri. Karena pada Krumpyung, akan terjadi lompatan nada signifikan yang juga diikuti oleh penarinya.