SERAYUNEWS- Peristiwa tenggelamnya dua mahasiswa UIN Saizu Purwokerto di Curug Gede Sumbang, Sabtu (23/12/2023) kemarin, menyisakan duka mendalam. Satu korban tenggelam meninggal dunia, satu korban lainnya selamat dan mendapat perawatan di Rumah Sakit DKT Purwokerto.
Korban meninggal berinisial LP (21), warga Desa Gumiwang, Kecamatan Kejobong, Kabupaten Purbalingga. Sementara satu korban lagi berinisial IF (21), mahasiswa asal Desa Kecepit, Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara, selamat. Dia sempat pingsan saat kejadian.
Salah satu saksi mata, Diki menceritakan, dia merupakan satu dari empat mahasiswa yang melakukan survei lokasi camping, Sabtu (23/12/2023) kemarin. Mereka awalnya survei di Kompleks Wisata Damar Payung, Desa Kotayasa, Kecamatan Sumbang.
Menurut Diki, awalnya korban LP mengajak survei ke Wisata Damar Payung untuk kegiatan camping Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) UIN Saizu Purwokerto, Minggu (24/12/2023).
Singkat cerita, mereka sampai di Wisata Damar Payung Desa Kotayasa pada Sabtu siang. Usai survei, korban LP mengajak mereka berempat ke Curug Gede.
Sebelumnya, mereka juga telah sepakat membawa baju ganti, karena hendak ke Curug Gede. Meskipun Diki mendapat kesaksian, korban LP dan IF tidak bisa berenang.
“Dari tiga anak itu, ternyata yang bisa berenang cuma saya,” ujarnya.
Hal itu Diki sampaikan dalam pesan suara ke Bagian Humas UIN Saizu Purwokerto, Muhammad Fadlan, Minggu (24/12/2023. Namun demikian, Diki mengaku, kemampuannya berenang juga belum bisa untuk survive atau penyelamatan orang lain.
Kemampuan berenang Diki belum begitu mahir, karena dia baru bisa berenang. Saat di Curug Gede Sumbang, mereka mandi.
Diki yang memiliki kemampuan berenang memberanikan diri ke bagian tengah, sementara LP dan IF temannya hanya bermain di pinggiran curug.
Menurut Diki, keduanya hanya bermain air di pinggir curug yang kedalamannya selutut. Kemudian saat hampir menepi, dia melihat korban IF masuk ke tengah curug hingga terpeleset dan tenggelam.
LP yang tidak bisa berenang, menyuruhnya untuk menolong IF. Diki kemudian berupaya turun ke curug, untuk menyelamatkan korban.
Karena kemampuan renangnya belum mahir, Diki berupaya mendorong badan IF yang secara postur tubuh lebih besar darinya, agar ke luar dari tengah curug.
Dia mengira korban LP membantu menarik tangan IF untuk ke pinggir, sedang dia mendorong badan IF dari tengah curug.
Namun Diki baru menyadari, saat dia mencoba menepi karena kehabisan napas, rupanya korban LP juga sudah berada di tengah curug.
Diki semakin panik, karena kedua temannya tenggelam di tengah curug. Dia kemudian meminta tolong Icha, satu temannya lagi untuk melemparkan bambu ke arah para korban. Namun saat bambu di lemparkan, kedua korban sama sekali tidak memberi respons.
Meskipun para korban masih berupaya keluar dari curug, mereka sepertinya tidak mendengar bantuan tersebut.
Diki kemudian menyuruh Icha meminta pertolongan warga. Sementara itu Diki yang melihat korban IF sudah keluar ke permukaan, dia mencoba menolong korban.
Diki memberanikan diri kembali ke tengah curug, karena kondisi IF sudah tenang. Di duga IF sudah kehilangan kesadaran.
Korban IF akhirnya bisa di bawa Diki ke pinggir Curug Gede. Sementara satu korban lainnya, yakni LP, belum terlihat. Diki mengaku belum berani menyelam ke bawah menolong korban.
Dia berupaya semaksimal mungkin, melakukan penyelamatan kepada IF sambil menunggu pertolongan warga sekitar.
Ada pengunjung laki-laki yang datang berupaya membantu menyelam. Namun mereka sama-sama pengunjung, dia khawatir tidak mengetahui medan Curug Gede.
Akhirnya, Diki kembali mencari pertolongan ke warga lain. Sekembalinya mencari pertolongan, Diki sudah mendapati korban LP berada di bawa ke pinggir curug dalam kondisi mulut dan hidung mengeluarkan busa. Penyesalan terus ada di benaknya, kenapa dia tidak bisa menyelamatkan temannya itu.