Cilacap, serayunews.com – Sebuah pemberitaan dari salah satu media online tentang potensi gempa dan tsunami dalam waktu beberapa hari terakhir membuat geger warga di Cilacap. Mereka yang tinggal di pesisir kebingungan dengan informasi yang beredar melalui berbagai kanal media sosial. Hanya membaca judul, menjadi salah satu penyebab masyarakat menerima informasi yang sesungguhnya. Dari mulut ke mulut dan berbagai obrolan, informasi akan adanya gempa bumi dan tsunami menjadi perbincangan sehari hari.
Dalam pemberitaan itu disebutkan, pakar tsunami dari Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko menyatakan pesisir selatan Jawa berpotensi diguncang gempa bumi 8.8 skala richter. Hal tersebut dapat mengakibatkan tsunami setinggi 20 meter. Sebab ada segmen-segmen megathrust di selatan Jawa.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Cilacap menanggapi isu dan disinformasi terkait dengan adanya perkiraan gempa dan tsunami yang bisa terjadi di pantai selatan Jawa. Masyarakat diimbau tetap tenang dan tidak perlu resah.
Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi BMKG Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan, bahwa potensi terjadinya gempa dan tsunami memang ada. Tetapi sampai dengan saat ini, belum ada orang atau alat yang mampu untuk memprediksi kapan, dimana, dan berapa kekuatan dari gempa.
“Di negara maju pun belum ada yang bisa memprediksi kapan akan terjadinya gempa. Ini hanya sebagai kewaspadaan akan adanya ancaman gempa besar atau megathrust yang terdapat di selatan Jawa. Karena ada pertemuan lempeng antara Indo-Australia dan Eurasia,” jelasnya.
Adapun tujuan dari prediksi atau potensi gempa tersebut hanya untuk kewaspadaan. Sehingga, apabila terjadi masyarakat sudah siap. Cilacap berada di daerah rawan gempa dan tsunami maka untuk tetap siap, siaga, dan waspada. Setidaknya setiap keluarga diharapkan memiliki prosedur untuk melakukan evakuasi, ketika terjadi bencana tahu apa yang harus dilakukan.
Terkait dengan prediksi perhitungan ketinggian gelombang tsunami, kata dia, tidak semua rata-rata seluruhnya 20 meter. Namun untuk wilayah Cilacap ketinggianya bisa sekitar 9 meter, kemudian setiap jarak 300 meter akan meluruh sekitar 1 meter.
“Kalau misalkan jarak rumah ke pantai sekitar 1 kilometer, maka masih akan terkena ketinggian gelombang sekitat 6 meter. Itunganya seperti itu,” katanya.
Dalam beberapa kali kejadian gempa dan peringatan tsunami di Cilacap, masyarakat langsung berbondong bondong menuju daerah Jerukelgi atau Bandara Tunggul Wulung. Kondisi daerah dengan dataran lebih tinggi dari wilayah kota, menjadi tujuan masyarakat. Hal tersebut sebenarnya sah saja dilakukan masyarakat, tetapi bisa melakukan evakuasi vertikal ke gadung-gedung bertingkat yang lebih dari dua lantai dengan kontruksi bangunan yang kuat dan tahan gempa.
Sementara itu Kepala Stasiun Meteorologi Cilacap Taruna Mona Rachman mengatakan, dampak positif dari penelitian tersebut yakni masyarakat bisa lebih tahu dan waspada. Dengan itu juga masyarakat akan mencari tahu bagaimana cara mitigasinya apabila terjadi bencana.
“Memang ada dampak negatifnya ketika masyarakat hanya mendengan kabar atau informasi tersebut hanya sepeotong-sepotong. Sehingga seolah-olah akan ada gempa seperti itu,” jelasnya.