Purbalingga, serayunews.com
Sisi negatif adanya industri-industri di Purbalingga itu diakui oleh Bupati Dyah Hayuning Pratiwi. Karena kecenderungan yang direkrut kaum perempuan, membawa dampak pada kaum laki-lakinya. Mereka banyak yang kesulitan bekerja dan bahkan menganggur. Keseharian disibukan dengan momong anak dan antar jemput istrinya.
Fenomena tersebut sampai memunculkan istilah yang sangat melekat dengan Purbalingga. Papah momong, mamah kerja atau lebih akrab disebut Pamong Praja. Pamong Praja menjadi permasalahan serius didalam kehidupan keluarga, utamanya perceraian.
“Jadi papanya momong anak mamanya yang bekerja, ini adalah permasalahan riil yang dihadapi oleh sebagian besar masyarakat di Kabupaten Purbalingga,” kata Tiwi, saat menjadi keynote speaker pada acara Exlusive workshop “Kunci Komunikasi Keluarga Yang Efektif Dengan Pendekatan Neurodominance”, di ballroom Braling Grand Hotel, Minggu (16/01/2022).
Bahkan, lanjut Tiwi, tidak jarang istilah Pamong Praja ini menimbulkan permasalahan di dalam keluarga. Salah satunya perceraian. Yang mengajukan gugatan cerai justru dari kaum perempuan.
“Karena merasa bisa bekerja dan suami tidak bekerja,”ujar Tiwi.
Faktor tersebut juga dinilai mendukung tingginya angka perceraian di kota Perwira. Ini sebagai dampak negatif dari perusahaan di Purbalingga yang kebanyakan merekrut kaum perempuan. Dampaknya menjadikan kaum laki-laki tidak kebagian pekerjaan. Maka munculkan istilah Pamong Praja.
Tiwi menilai, permasalahan degradasi moral dan tingginya angka perceraian bisa diatasi dengan komunikasi. Dalam arti, komunikasi menjadi kunci hubungan dalam keluarga. Baik suami ke istri, serta sebaliknya juga orangtua ke anak, atau anak ke orangtua. Maka workshop eklusif Kunci Komunikasi Keluarga ini penting diselenggarakan. Pasalnya segala sesuatu berawal dari lingkungan terkecil yakni keluarga.
“Keluarga merupakan kelompok sosial yang terkecil, yang memiliki peranan yang sangat besar. Pembangunan keluarga merupakan pilar pertama dan utama dalam pembangunan nasional. Pembangunan Nasional dimulai dari lingkungan keluarga,” katanya.
Jika komunikasi dalam keluarga sudah baik, dan harmoni, maka bisa meminimalisir terjadi persoalan-persoalan. Seperti dialami bangsa ini diantaranya terkait degradasi moral akibat dari perkembangan teknologi. Menyebabkan banyak anak-anak muda banyak terjerumus kedalam penyalahgunaan narkoba, terjerumus dalam pergaulan bebas dan minuman keras.
Ketua Panitia Exclusive Workshop dr. Anita Anindira menjelaskan, diselenggarakan workshop dengan tema Kunci Komunikasi Keluarga Yang Efektif karena seringkali di dalam keluarga tidak terjadi komunikasi yang efektif. Baik antara pasangan suami istri maupun dengan anak. Dalam exlusive workshop ini akan belajar bersama tentang komunikasi di dalam keluarga yang efektif dengan pendekatan neurodominance.
“Seringkali terjadi antara anggota keluarga tidak terjadi komunikasi yang efektif, yakni antara kedua belah pihak mempunyai kesamaan persepsi. Ibu seringkali ngomel ke anak, tujuannya baik, namun belum tentu dapat diterima anak tentang tujuan baik dari seorang ibu. Disinilah kita perlu belajar tentang komunikasi yang efektif. Sehingga tujuan dari kedua belah pihak dapat tercapai. Ibu dapat memberikan kasih saya kepada anak dan anak dapat memahami kasih saying dari seorang ibu,” kata dia.
Disampaikan, dalam exclusive workshop yang diselenggarakan oleh RSU PKU Muhammadiyah ini akan mengupas tentang kunci komunikasi keluarga yang efektif dengan pendekatan neurodominance, dengan mengundang pembicara dari CEO Hijrah Coach Daru Dewayanto, MCM., MCC.