SERAYUNEWS- Anak yang menjadi picky eater seringkali menjadi tantangan besar bagi orang tua.
Makanan yang sehat sangat penting bagi tumbuh kembang. Namun, banyak anak yang menolak makanan tertentu atau bahkan hanya mau makan jenis makanan tertentu saja.
Mengapa hal ini terjadi? Apa yang bisa dilakukan orang tua untuk menghadapinya?
Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan anak menjadi picky eater. Beberapa di antaranya bersifat psikologis, fisik, atau sosial. Berikut penjelasannya.
1. Faktor Psikologis
Salah satu alasan umum mengapa anak menjadi pemilih makanan adalah kebiasaan makan yang terbentuk di rumah.
Anak sering kali lebih memilih makanan yang mereka kenal atau yang terasa nyaman bagi mereka.
Tak jarang, anak menolak makanan sebagai bentuk usaha untuk menarik perhatian orang tua mereka.
2. Faktor Fisik
Beberapa anak mungkin merasa tidak nyaman dengan tekstur atau rasa makanan tertentu.
Masalah seperti gigi yang belum tumbuh dengan sempurna atau gangguan pencernaan bisa membuat anak tidak mau makan makanan tertentu.
Bahkan, gangguan indra perasa dan bau bisa mempengaruhi selera makan mereka.
3. Pengaruh Lingkungan Sosial
Anak-anak juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial mereka, baik itu teman-teman di sekolah, media sosial, atau iklan makanan.
Jika teman-teman mereka cenderung memilih makanan tertentu, anak bisa merasa terdorong untuk mengikuti pilihan tersebut.
Selain itu, pola makan orang tua yang tidak bervariasi juga dapat memengaruhi kebiasaan makan anak.
4. Faktor Usia
Di usia tertentu, seperti pada masa toddler (balita), anak sering mengalami fase picky eating.
Pada fase ini, anak cenderung menghindari makanan yang belum dikenal dan lebih memilih yang sudah biasa mereka makan.
Hal tersebut merupakan bagian dari proses perkembangan dan umumnya akan berkurang seiring waktu.
Berikut beberapa tips yang bisa orang tua coba untuk mengatasi masalah anak picky eater.
1. Mengenalkan Variasi Makanan Sejak Dini
Mulailah mengenalkan berbagai jenis makanan sehat sejak usia dini. Cobalah pendekatan kreatif, seperti menyelipkan bahan makanan baru dalam hidangan yang sudah dikenali anak.
Hal ini dapat membantu anak mencoba makanan baru dengan lebih suka rela, tanpa merasa terpaksa.
2. Ciptakan Suasana Positif Saat Makan
Jangan terlalu menekan anak untuk makan makanan yang ia tidak suka. Jadikan waktu makan sebagai kegiatan yang menyenangkan dan bebas dari stres.
Hindari memarahi atau membuatnya merasa bersalah karena tidak mau makan.
3. Konsistensi dan Kesabaran
Anak membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan makanan baru. Jangan menyerah jika anak menolak makan sesuatu untuk pertama kalinya.
Cobalah untuk menawarkan makanan tersebut beberapa kali dalam variasi yang berbeda untuk membantu anak terbiasa.
4. Libatkan Anak dalam Memasak
Libatkan anak dalam proses memasak dengan mengajaknya memilih bahan makanan dan berkontribusi dalam persiapan hidangan.
Ini akan memberi rasa kontrol dan meningkatkan minatnya terhadap makanan yang ia buat sendiri.
5. Berikan Pilihan yang Sehat
Sediakan dua atau tiga pilihan makanan sehat untuk anak, sehingga mereka tetap merasa memiliki pilihan, tetapi dalam batas yang sehat dan bergizi.
6. Jaga Waktu Makan yang Teratur
Membuat rutinitas waktu makan yang konsisten dapat membantu anak merasa lebih terorganisir dan tahu kapan waktunya makan.
Hal ini juga bisa membantu mengurangi ketegangan atau kebingungannya saat harus makan.
Meskipun terlihat sepele, anak yang menjadi pemilih makanan dapat mengalami beberapa dampak jangka panjang.
Salah satunya adalah kekurangan nutrisi. Jika hanya makan jenis makanan tertentu, anak mungkin kekurangan gizi penting untuk pertumbuhan dan perkembangan otak.
Selain itu, pola makan yang tidak seimbang bisa menimbulkan masalah kesehatan seperti obesitas, gangguan pencernaan, atau penurunan daya tahan tubuh.
Dampak lain yang sering terjadi adalah peningkatan stres dalam keluarga, terutama saat waktu makan menjadi pertengkaran atau perdebatan antara anak dan orang tua.
Menjadi picky eater atau pemilih makanan adalah hal yang umum terjadi pada anak-anak, terutama pada usia balita.
Meskipun ini dapat menambah tantangan bagi orang tua, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk membantu anak mengatasi kebiasaan ini.
Dengan kesabaran, konsistensi, dan pendekatan yang positif, orang tua dapat membantu anak mengembangkan kebiasaan makan yang sehat dan bervariasi.
Ingat, waktu makan seharusnya menjadi kesempatan untuk menikmati kebersamaan, bukan menjadi sumber stres bagi keluarga.***