SERAYUNEWS – Toilet training adalah salah satu fase penting dalam tumbuh kembang anak. Namun, nggak sedikit orang tua yang merasa bingung atau stres saat menjalani proses ini. Tenang, nggak perlu terburu-buru, kok.
Kunci dari toilet training adalah kesabaran serta menciptakan kenyamanan baik untuk si kecil maupun orang tua.
Yuk, kita bahas beberapa tips biar toilet training jadi pengalaman yang menyenangkan dan nggak bikin pusing.
Ketika bunda mulai menerapkan toilet training untuk si kecil, bunda harus sabar untuk mengajak anak pipis setiap 2-3 jam sekali.
Langkah ini dilakukan untuk membiasakan anak agar nggak pipis sembarangan di popok atau celana. Pada tahap ini, bunda juga mengenalkan bahwa pipis atau BAK yang benar adalah di toilet.
Nggak semua anak siap untuk toilet training pada usia yang sama. Biasanya, tanda-tanda kesiapan muncul di usia 18 bulan hingga 3 tahun.
Perhatikan apakah si kecil sudah bisa menyadari kalau popoknya basah atau kotor. Selain itu, lihat apakah si anak menunjukkan ketertarikan pada toilet atau potty.
Anak juga mulai menunjukkan kesiapan ketika bisa duduk diam selama beberapa menit.
Hindari memulai toilet training saat anak sedang menghadapi perubahan besar, seperti pindah rumah, punya adik baru, atau baru mulai sekolah.
Pilih waktu di mana suasana rumah stabil, sehingga anak bisa lebih fokus belajar tanpa tekanan tambahan.
Ajak anak untuk mengenal toilet atau potty sebelum mulai. Bunda juga bisa memberi kesempatan pada anak untuk memilih potty yang lucu atau menambahkan stiker sebagai dekorasi. Hal ini bisa membuat anak lebih bersemangat mencoba.
Jangan langsung berharap anak bisa lepas popok dalam sehari, ya. Mulailah dengan mengajak mereka ke toilet pada waktu-waktu tertentu, misalnya setelah bangun tidur atau setelah makan.
Ketika anak berhasil buang air di toilet, beri pujian atau pelukan agar mereka merasa dihargai dan termotivasi.
Pilih pakaian yang mudah dipakai dan dibuka, seperti celana dengan karet pinggang, supaya anak nggak kesulitan saat ingin ke toilet. Ini sangat penting, terutama jika mereka sudah bisa memberi tahu bahwa mereka ingin buang air.
Namanya juga belajar, wajar kalau anak masih sering ngompol atau lupa memberi tahu. Hindari untuk memarahi mereka, karena ini justru bisa membuat anak takut atau stres. Cukup bersihkan tanpa drama, dan beri semangat agar mereka mencoba lagi.
Biasakan membawa anak ke toilet secara rutin, misalnya setiap 2-3 jam sekali. Lama-lama, tubuh mereka akan terbiasa dengan jadwal ini, dan mereka lebih mudah mengontrol keinginan buang air.
Banyak buku cerita dan lagu anak-anak yang bertema toilet training. Ini bisa menjadi cara seru untuk menjelaskan proses toilet training ke anak. Selain edukatif, cara ini juga membuat suasana jadi lebih santai.
Toilet training nggak selalu berjalan mulus. Kadang anak sudah berhasil beberapa hari, tapi tiba-tiba kembali ngompol. Ini hal yang normal, jadi jangan panik. Tetaplah konsisten dan berikan dukungan kepada anak.
Itulah beberapa tips untuk menerapkan toilet training pada si kecil. Proses ini memang butuh kesabaran, tapi dengan cara yang tepat, toilet training bisa jadi pengalaman yang menyenangkan bagi anak dan orang tua. Selamat mencoba, semoga sukses!***