SERAYUNEWS – Hari Raya Waisak menjadi momen yang sangat sakral bagi umat Buddha. Lantas, apa saja kegiatan yang mereka lakukan pada momen tersebut?
Dirayakan setiap tahun saat bulan purnama di bulan Waisaka, peringatan ini mengenang tiga peristiwa penting dalam kehidupan Siddhartha Gautama, yakni kelahiran, pencapaian pencerahan, dan wafatnya. Ketiganya merupakan Trisuci Waisak.
Di Indonesia, perayaan Waisak tidak hanya berlangsung di tempat ibadah seperti vihara, tetapi juga berlangsung secara meriah di Candi Borobudur yang menjadi salah satu pusat upacara nasional.
Namun, esensi dari Hari Waisak tetap pada nilai-nilai spiritual yang mengajarkan tentang kasih sayang, kedamaian, dan kebijaksanaan.
Nah, apa saja kegiatan yang dilakukan umat Buddha saat Hari Waisak? Berikut ulasannya.
Menariknya, dalam beberapa tahun terakhir, sebagian umat Buddha juga merayakan Waisak secara daring.
Melalui siaran langsung dari vihara atau platform digital, umat tetap bisa mengikuti rangkaian ibadah meskipun berada di tempat berbeda.
Hal ini menunjukkan bahwa teknologi pun bisa digunakan untuk memperluas jangkauan nilai-nilai spiritual.
Meditasi menjadi kegiatan utama yang dilakukan umat Buddha saat Waisak. Bertempat di vihara atau tempat suci, umat berkumpul dan duduk dalam keheningan.
Hal tersebut untuk merenungi makna hidup, memperdalam ketenangan batin, dan menghapus pikiran negatif.
Selain meditasi, dilakukan pula pembacaan sutra atau kitab suci Buddha sebagai bentuk penghormatan terhadap ajaran Sang Buddha.
Pindapata adalah kegiatan pemberian dana atau sedekah kepada para biksu. Umat Buddha biasanya memberikan makanan, minuman, atau kebutuhan pokok lainnya dalam prosesi yang berlangsung pagi hari.
Ritual ini mengajarkan pentingnya memberi tanpa mengharapkan imbalan dan melatih diri untuk tidak terikat pada materi.
Ritual memandikan patung Buddha juga menjadi bagian dari perayaan Waisak. Dengan menggunakan air wangi atau air suci, umat akan menuangkannya ke atas patung Buddha kecil.
Hal tersebut sebagai simbol penyucian diri. Tradisi ini menjadi pengingat bahwa kebersihan hati dan pikiran adalah kunci dalam menjalani kehidupan yang penuh welas asih.
Cahaya menjadi simbol penting dalam ajaran Buddha karena merepresentasikan pencerahan dan kebaikan. Itulah sebabnya, umat Buddha menyalakan lilin, pelita, hingga lampion saat Waisak.
Di Candi Borobudur, ribuan lampion dilepaskan ke langit malam sebagai simbol harapan dan penyebaran cinta kasih kepada semesta.
Warna putih melambangkan kesucian, kedamaian, dan ketulusan. Umat Buddha umumnya mengenakan pakaian serba putih saat mengikuti rangkaian acara Waisak.
Walaupun tidak wajib, penggunaan pakaian ini mencerminkan niat yang tulus dan hati yang bersih dalam menjalani ritual keagamaan.
Beberapa umat Buddha mengibarkan bendera Buddhis di rumah mereka menjelang Waisak.
Bendera ini terdiri dari lima warna yang mewakili sinar Buddha, yaitu biru (kasih sayang), kuning (kebijaksanaan), merah (semangat), putih (kemurnian), dan jingga (keseimbangan).
Waisak juga menjadi momentum untuk berbagi dan menunjukkan kepedulian kepada sesama.
Banyak komunitas Buddha mengadakan kegiatan sosial seperti donor darah, pembagian makanan gratis, kunjungan ke panti jompo atau panti asuhan, dan memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Ritual melepas burung atau ikan ke alam bebas adalah simbol dari pelepasan makhluk hidup dari penderitaan.
Tradisi ini tidak sekadar seremoni, melainkan pengingat akan pentingnya menyayangi semua makhluk dan menjaga keseimbangan alam.
Setiap tahun, menjelang Waisak, ada pengambilan api dharma dari Mrapen, Grobogan, dan air berkah dari Umbul Jumprit, Temanggung.
Kedua elemen ini kemudian dibawa ke Candi Borobudur sebagai bagian dari prosesi utama Waisak.
Api dharma melambangkan semangat dan penerangan batin, sedangkan air berkah melambangkan penyucian dan kesejukan spiritual.
Kesimpulan
Perayaan Hari Waisak bukan sekadar upacara keagamaan, tapi juga waktu untuk memperdalam nilai-nilai luhur dalam hidup.
Amalan seperti meditasi, memberi, dan mencintai sesama menjadi cerminan dari ajaran Buddha yang relevan dalam kehidupan modern.
Anda pun bisa mengambil inspirasi dari Waisak untuk memperkuat kualitas batin, menjalin hubungan yang lebih harmonis, dan hidup lebih bermakna.***